ikl Tanya Nyai: Mencintai Sebelum Menikah? - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

Tanya Nyai: Mencintai Sebelum Menikah?

Share it:

Tanya Nyai: Mencintai Sebelum Menikah?





Pertanyaan (Qiana, bukan nama sebenarnya)

Jika rasa cinta yang datangnya dari Allah tapi pada saat yang sama menjauhkan diri kita dari Allah. Maka, apakah cara mencintainya yang salah atau rasa cinta itu yang salah? Sebab dalam perjalanan itu, ada hal yang tidak boleh dilakukan, seperti sering chatan (komunikasi via sms wa, dll) dengan orang yang dicintainya. Lalu apakah solusinya? 

Jawaban (Ustadzah Nurun Sariyah)

Cinta merupakan sesuatu yang tak pernah habis dibahas baik oleh para ilmuwan, ulama, filsuf, termasuk seniman. Semua orang memiliki pendapat masing-masing mengenai makna dan definisi cinta. Tak ada yang salah dengan cinta, bahkan Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ menetapkan cinta sebagai syarat keimanan seseorang. 

Cinta merupakan anugerah yang patut disyukuri, tinggal bagaimana cara kita mensyukuri rasa yang Allah ilhamkan dengan baik. Dr. Khalid Jamalmenjelaskan bahwa sesungguhnya cinta adalah makhluk yang suci, tapi seringkali ia dinodai oleh perilaku buruk yang mengatas namakan dirinya, sehingga cinta kehilangan jati dirinya.

Syeikh Ash-Shan’ani mendefinisikan bahwa cinta adalah sebuah kecondongan hati terhadap sesuatu di mana manusia tiada berdaya menguasainya, karena kecondongan tersebut datangnya dari Allah. Cinta merupakan urusan hati di mana manusia tak mampu menentukan atau menguasai hatinya untuk ia kendalikan. 

Lantas, bila manusia tak berdaya upaya mengendalikan hatinya apakah berarti ia terbebas untuk melakukan perbuatan sesuka hatinya atas nama cinta?

Nabi Yusuf  dalam firman Allah berkata:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Yusuf [12]: 53).

Dari ayat di atas, dapat kita pahami bahwa Nabi Yusuf mengakui bahwa dalam ketertarikannya dengan Siti Zulaikha, ada nafsu jahat yang mendorongnya melakukan kemaksiatan. Tapi, beliau sadar bahwa merelakan diri untuk mengikuti nafsu merupakan satu kesalahan, sebab nafsu tersebut mengajak kepada perbuatan buruk. Adapun nafsu yang dirahmati Allah adalah dorongan hati yang mengajak kepada perbuatan yang Allah ridhai.

Afifuddin Muhajir menjelaskan bahwa mencintai adalah perbuatan hati yang tak dapat dihukumi, tapi bila ia diaplikasikan dalam sebuah perbuatan, maka jatuhlah konsekuensi hukum halal haramnya. Jadi, yang dihukumi bukan rasanya, tapi perbuatan sang pencinta dalam mengekspresikan rasa cintanya.

Mencintai seseorang dengan sering melakukan chatting sebenarnya bukanlah masalah jika memang dibutuhkan. Misalnya, dilakukan oleh dua orang yang bermaksud akan menikah membicarakan soal komitmen, niat khitbah, rencana pernikahan, dan hal-hal penting lainnya tanpa disertai dengan percakapan yang tak perlu. 

Abu Sa’id Al-Khadimiy, ulama Hanafi, berpendapat bahwa berkomunikasi dengan non-mahram ini dibolehkan saat ada kebutuhan tanpa ada potensi syahwat. Akan tetapi, bila sebaliknya, maka akan tercatat baginya dosa sebagaimana dosa zina.

Rasulullah ﷺ bersabda:

.... وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ .....

“...sementara lisan, zinanya adalah dengan perkataan...” (HR. Muslim no. 2658).

Apabila kita benar-benar mencintai seseorang, tentu kita akan senantiasa menjaganya. Melakukan hal-hal yang dilarang oleh syara’ (hukum Islam) bersama dia yang kita cinta bisa menjadikannya musuh kita saat di yaumil hisab(hari perhitungan) kelak. 

Allah berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa (QS. Az-Zukhruf [43]: 67).

Imam Al-Qurthubiy menjelaskan, dua orang yang berdampingan selama di dunia dan melakukan kemaksiatan, kelak mereka akan saling menyalahkan satu sama lain tentang kemaksiatan yang telah mereka perbuat. Tak heran bila sepasang kekasih di dunia akan saling menuduh di akhirat bahwa pasangannyalah yang mengajaknya untuk melakukan kemaksiatan, karena ketakutan melihat azab yang ditampakkan di hadapan mereka. 

Sahabat yang budiman, Islam tidak pernah melarang hambanya untuk saling mencintai dan menyayangi. Seseorang yang telah memahami hakikat cinta, tentu mereka akan saling menjaga kekasihnya, termasuk dalam kemaksiatan. 

Terkait persoalan sahabat di atas, saran kami, perbaikilah niat dalam hati dan tujuan sahabat berkomunikasi dengan lawan jenis. Lakukanlah komunikasi yang wajar dan sekadarnya saja, komunikasi yang tidak menimbulkan syahwat dan menjurus maksiat. Jika di antara keduanya telah saling suka dan siap, maka sebaiknya dilanjutkan ke dalam hubungan pernikahan.

Wallahu a’lam bish shawabi.

Referensi: Ihya’ Ulumu Ad-Din; 4/294; Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaytiyyah; 36/189; Bariqah Mahmudiyyah; 4/7; Tafsir Al-Jalalain; 311; Tafsir Al-Qurthubiy; 16/110; Manajemen Cinta.



*Jika artikel di Website Bintang Songgo dirasa bermanfaat, jangan lupa share ya. Semoga dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin.*
Share it:

Islam

Tanya Jawab

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching