Translate Video Bagian #1
مَنْ رَاَيْتـَهُ مُجِيْباً عنْ كُلِّ ماَ سُـءِـلَ وَمُعَبَِّراً عَنْ كُلِّ مَا شـَهِدَ وَذاكِراً كُلَّ ماَ علمَ فاَسْتَدِلَّ بذَٰ لكَ عن وجُودُ جَهلِهِ
مَنْ رَاَيْتـَهُ مُجِيْباً عنْ كُلِّ ماَ سُـءِـلَ وَمُعَبَِّراً عَنْ كُلِّ مَا شـَهِدَ وَذاكِراً كُلَّ ماَ علمَ
"Barangsiapa yang selalu menjawab segala pertanyaan, dan menceritakan segala sesuatu yang telah dilihat(mata hatinya), dan menyebut segala apa yang ia ingat [ketahui],
Jika ada orang kamu tanyain apa saja kemudian selalu menjawab
Dan apa yang dia lihat selalu dibicarakan kepada orang lain, dan ingat apa yang ia ketahui
فاَسْتَدِلَّ بذَٰ لكَ عن وجُودُ جَهلِهِ
dan menyebut segala apa yang ia ingat [ketahui], maka ketahuilah bahwa yang
demikian itu adalah tanda kebodohan orang itu.''
Jadi begini ya, ini sabda Nabi:
Orang itu bisa dianggab bohong dan dianggab bodoh
Kalau dia tau apa saja yang ia ketahui, kemudian di ceritakan kepada orang lain
Jadi ini termasuk tasawuf, kadang sesuatu yang bohong
Itu dibuat iktibar mengambil contoh (pengajaran)
Kamu rahasiakan
Misalnya kamu dengar kabar orang meninggal, setiap orang kamu kasih tahu, "tadi ada orang meninggal di desa ini"
"Yang mati laki-laki, umurnya segini"
sangat detail
Tapi ini bukti orang yang gak punya kerjaan
"Saya lihat di kota ada orang miskin, gini-gini!"
Itu memang benar, dikota banyak orang miskin gembel gini-gini, tapi itu salah
jika orang itu pintar, itu bisa menjadikan sebuah pengingat/pelajaran
misalnya tau ada orang meninggal, teringat bahwa kelak dia juga mati
Ada orang miskin gembel dikota misalnya gak shalat
seperti santri yang miskin, ada yang bilang miskin karena jadi santri, padahal
banyak yang miskin bukan seorang santri
Kadang ada orang salah kaprah:
"sekarang sudah rumah sendiri kok masih ngaji, gak mikir ekonomi
Misalnya sudah rumah sendiri masih ngaji
Kamu gak ngaji saja kaya, coba lihat gembel dikota juga gak ngaji, tetap juga
miskin!
Berarti sebab orang miskin itu bukan karena ngaji bawa catatan!
"Perkara apa?"
"Miskin"
Artinya begini ya, dari kitab Hikam maksudnya begini:
Tidak semua yang kamu ketahui itu, gak baik untuk diceritakan, karena Allah memberi kamu tau sesuatu itu, untuk dibuat pelajaran, bukan untuk diomongkan
مَنْ رَاَيْتـَهُ مُجِيْباً عنْ كُلِّ ماَ سُـءِـلَ وَمُعَبَِّراً عَنْ كُلِّ مَا شـَهِدَ وَذاكِراً كُلَّ ماَ علمَ فاَسْتَدِلَّ بذَٰ لكَ عن وجُودُ جَهلِهِ
"demikian itu adalah tanda kebodohan orang itu
Sudah saya lanjutkan ya, sekarang no 60 ya, dikitab saya no 60, memang kadang beda nomer
اِنّماَ جَعلَ الدَّرالاَخِرَة َ محلا ًّ لِجَزَاءِ عِباَدِهِ المُوءْمنينَ
لاِنَّ هٰذ هِ الدَّرَ لاَ تَسَعُ ماَ يُرِيدُ انْ يُعْطيَهُم وَلاَنَّهُ اَجلَّ اَقداَرَهُمْ عنْ اَنْ يُجاَزيَهُِم في داَرِ لاَبَقاَءَ لهاَ
اِنّماَ جَعلَ الدَّرالاَخِرَة
"Sesungguhnya Alloh menjadikan akhirat
محلا ًّ لِجَزَاءِ عِباَدِهِ المُوءْمنينَ
untuk tempat pembalasan bagi hamba yang mukmin
لاِنَّ هٰذ هِ الدَّرَ لاَ تَسَعُ ماَ يُرِيدُ انْ يُعْطيَهُم
sebab dunia ini tidak cukup untuk tempat apa yang akan diberikan kepada mereka
وَلاَنَّهُ
juga karena Alloh
وَلاَنَّهُ اَجلَّ اَقداَرَهُمْ عنْ اَنْ يُجاَزيَهُِم في داَرِ لاَبَقاَءَ لهاَ
juga karena Alloh sayang akan memberikan balasan pahala mereka di tempat yang tidak kekal
Ini peringatan bagi semua orang-orang shaleh
Jadi saya maknai ini
Rumah akhirat itu buat pembalasan bagi orang mukmin, jika kamu didunia sujud,
ikhlas
Sering juga sedekah, itu pembalasan sejatinya ada di akhirat
Karena rumah ini(dunia) gak cukup untuk membalas pahalanya orang mukmin
Selain itu, Allah malas membalas orang mukmin
disuatu tempat yang tidak memiliki keabadian
Jadi misalnya begini contoh mudahnya, misalnya anda didunia itu sholat, haji, zakat
Kemudian kamu minta balasan didunia
Padahal umurmu maksimal hanya 80 tahun, berarti sama saja kamu ingin dibalas hanya 80 tahun
Makanya Allah memuliakan orang mukmin
Kalau minta balasan didunia, itu dibalas dengan sesuatu yang dapat habis/musnah,
karena dunia sifatnya sementara
Makanya balasannya diakhirat
Karena jika dibalas didunia gak bakal cukup!
Sekarang banyak orang bodoh, ingin beramal sholeh minta dibalas didunia
Itu sama halnya minta balasan yang sifatnya sementara
faham ya
Saya ulangi lagi, di Hikam ini:
orang mukmin itu balasannya diakhirat, karena akhirat itu abadi dan tidak akan
musnah
Tapi jika balasan dunia itu sementara
oleh sebat itu, jangan suka kamu beramal sholeh, kemudian minta balasan didunia
Karena didunia hanya sementara dan tidak abadi
Sudah, lah, kalian anut saya dan para Imam-imam terdahulu, Imam Ghazali kalau
menyindir begini:
kalian gak perlu beramal sholeh agar bisa makan tiap hari, ayam saja bisa makan
tiap hari
Jika kamu beramal shaleh dengan mengkaitkan jatah rizkimu itu salah, didunia itu
orang kafir juga makan, orang kafir juga nikah
Hewan juga bisa nikah dan punya anak, ngapain amal shalehmua kamu bandingkan dengan hal-hal yang sudah jadi jatahnya manusia
Kamu bodoh jika seperti itu
Misal kamu hafal Alquran supaya rizkimu lancar, ayam yang gak hafal Alquran saja
rizkinya lancar
Kamu shalat dhuha biar bisa kaya, orang cina yang gak pernah dhuha?
Uangnya juga banyak
Kalian jangan suka bahwa amal shalehmu itu kamu hitung dan bandingkan sebagai hal
duniawi, itu bodoh!
duniawi itu bagi Allah hal yang sepele, orang sholeh dikasih, orang dholim juga
dikasih
Ngapain keshalehanmu kamu kait-kaitkan dengan sesuatu hal duniawi
Jika kamu memang sholeh, amal sholehmu kamu harapkan kelak di akhirat
masalah duniawi, kamu yakin bahwa jatahmu didunia bisa dapat lewat jalan takdir
Artinya jatah takdir itu bahwa orang kafir dapat, orang sholeh juga dapat
Saya yang hafal Alquran saja bisa makan, yang gak hafal juga bisa makan, orang yang tiap hari zina punya uang, nyatanya mampu beli agar bisa zina, yang gak zina?
Juga punya uang
Sama halnya yang miskin
PSK yang miskin banyak, orang sholikha yang tiap hari tahjud juga banyak yang
miskin
Jadi maksudnya
Dunia itu selesaikan dengan urusan dunia
Jangan suka jika kamu beramal untuk akhirat, kamu ingin balasan duniawi
Kalau kamu ingin balasan didunia berarti kamu minta balasan ke Allah, amal shaleh
tapi ingin dibalas didunia yang sifatnya sementara
Intinya kamu rugi
Itu yang disebut apa:
تلك الدا ر ألا خرة نجعلها للذ ين لا يريد ون علوا في الا رض ولا فسادا
Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan
diri dan berbuat kerusakan di ( muka) bumi.Dan kesudahan
Makanya di juz 17 ayat: 18
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya
di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki.
Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam
يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا
dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan
وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا
Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya
dibalas dengan baik.
Bahwa Allah menyindir bagi kita orang yang sholeh
كُلًّا نُّمِدُّ هٰٓؤُلَاۤءِ وَهٰٓؤُلَاۤءِ مِنْ عَطَاۤءِ رَبِّكَ
Jadi maksudnya begini:
لًّا نُّمِدُّ
Golongan orang sholeh yang suka tahajjud, shalat, zakat, juga saya kasih rahmad
didunia
كُلًّا نُّمِدُّ هٰٓؤُلَاۤءِ وَهٰٓؤُلَاۤءِ
Orang yang biasa zina, mencuri, korupsi, didunia juga saya kasih nikmat
كُلًّا نُّمِدُّ هٰٓؤُلَاۤءِ وَهٰٓؤُلَاۤءِ
Kalau begitu didunia tidak bisa dibuat ukuran, yang sering tahajud berarti rizkinya lancar
Iya kalau yang sering tahajjud takdirnya memang rizkinya banyak, ntar kalau santri yang gak diminati malaikat?
Padahal tahajud terus kemudian kecewa:
"Katanya kalau sering tahajjud bisa bikin uang banyak, saya sering tahajjud kok
tetap saja!"
ada yang lebih cerdas lagi, ada kyai biasa tahajjud kemudian punya uang 100jt,
punya mobil empat
Berhubung sebenarnya Kyainya mudah bersyukur, kalau orang, kan beranggapan: "Pak
Kyai itu dapat barokah tahajjud bisa jadi kaya, punya mobil empat dan punya uang
100jt"
kalau begitu lebih barokah orang kafir
Malah punya Alpard!
Tetap saja sekaya-kayanya Kyai masih lebih kaya orang kafir
Makanya Kyai Hamid Pasuruan ketika masih hidup, ketika marah
Orang yang beranggapan bahwa kekayaan saya ini karena saya seorang wali, itu adalah orang yang bodoh!
Kekayaanku ini masih kalah sama kekayaan Presiden Amerika
Iya, kan,
Sekaya-kayanya Kyai di Indonesia
Meskipun yang uangnya milyaran
Masih tetap kaya orang Cina
Artinya adalah tidak kaya dalam hal tahajjud
Jadi jika kamu mengkaitkan dhuha, tahajjud, sebagai duniawi, itu kamu bodoh!
Agar suatu hal yang berhubungan akhirat, itu tetap ingin balasan diakhirat, masalah duniawi itu, orang sholeh dapat jatah, orang dholim juga demikian
Itulah maksudnya, makanya disebut:
كُلًّا نُّمِدُّ هٰٓؤُلَاۤءِ وَهٰٓؤُلَاۤءِ مِنْ عَطَاۤءِ رَبِّكَ ۗوَمَا كَانَ عَطَاۤءُ رَبِّكَ مَحْظُوْرًا
Kepada masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang menginginkan dunia)
maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari
kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.
Maksudnya:
Kesholehan itu bukan tolak ukur agar orang mendapat rizki
Kedholiman juga tidak menghalangi orang mendapat rizki
Karena di dunia semua dapat jatah
Misalnya kalau kamu berdoa hanya urusan duniawi saja
Yang minta duniawi saja gak bakal dapat abadi
Makanya ini sebagai peringatan ya, buat saya, maupun anda yang hafal Alquran, atau yang sholeh, Kyai
Jangan suka berharap duniawi
Makanya ketika Imam Syafi'i ketika alim, berfatwa kemudian dikasih salam tempel
orang 400 dinar
Imam Syafi'i menangis, katanya dia menangis:
"Ya Allah saya alim, dan saya mengajar itu ingin dapat balasan akhirat, kalau
engKau balas didunia, bisa habis!
Akhirnya dibagi dan dihabiskan
Ketika dihabiskan itu, kemudian ditanya sama temannya, "Besok buat makan pakai apa kamu?"
"Besok itu Akhirat!"
Akhirnya ketika Beliau nangis, dia membuat kata-kata yang Masyhur:
"Ya Allah saya mencitai ilmu ini, karena ini sunnah Rosul-Mu, dan saya berharap
orang tidak memuji saya, dan saya senang jika ilmu ini engKau beri balasan kelak
diakhirat
bukan karena saya malas dengan hal duniawi, kemudian dibagi dan dihabiskan!
Kalau kamu dapat uang segitu:
"Alhamdulillah ini barokahnya ilmu"
Barokah ilmu gimana!?
Kamu itu sedang di uji, kok!
Jadi kamu itu orang alim yang mau ke Jakarta di uji,
Ketika di uji dengan kesenangan, kamu milih ingin main bola dari pada pergi ke
Jakarta, kira-kira seperti itu
Jadi kamu agak terbuai karena ada hal yang menyenangkan
Makanya kata Imam Ghozali, zakatnya orang awam itu 2,5% tapi para ulama itu 70%
"Gimana coba!?"
Yaitu 70%
Memang ulama harus gitu, seperti Imam Ghozali, Imam Syafi'i, dan Kanjeng Nabi juga gitu
Meskipun Nabi khusuk, paling lama sholatnya 1jam
Itu ketika mau sholat sudah di tempat imam
Ingat ada uang 2 dinar yang belum dikasihkan, kemudian mundur
Kemudian kembali lagi
"Tadi ada yang janggal dihatiku, yaitu ada uang dua dinar dirumah belum aku
kasihkan
Makanya saya kasih dulu, biar sholatku gak ke ganggu
Saya itu gak ingin uang dua dinar tersebut tersimpan selama semalam atau dua malam
Kecuali uang saya persiapkan itu untuk bayar hutang
Nabi juga punya hutang, umumnya orang, Nabi itu memang menunjukkan sisi
kemanusiannya
Karena itu tadi,
Kalau orang awam zakatnya itu 2,5%
Tapi itu memang penting, pentingnya itu
Anda itu harus tahu, kalau jadi ulama atau orang baik itu balasannya akhirat
Artinya otak anda itu pergunakan mulai sekarang:
"Gusti kalau saya dibalas didunia itu rugi, karena ilmu saya ini ilmu yang penting, kok malah dibalas didunia, didunia ini sementara
Gak rugi gimana coba?!
Misal orang cari ilmu sampai umur 30 tahun
Ntar jadi Kyai laris-larisnya ketika umur 50 tahun, mulai menghasilkan uang dari
umur 50 tahun
Ketika kamu menghasilkan uang, dan menganggab itu barokah ilmu, kalau umurmu
sekarang 50..
berarti kalau kamu berharap balasan dunia, paling maksimal umurmu cuman 60-70,
berarti kamu jadi ulama
cari ilmunya 30 tahun
Apalagi umurmu 50 tahun, mau bergaya juga gak pantas!
misalnya kamu laris jadi kyai itu mulai umur 50
Kan, umur 30 tahun latihan hidup, pernah disiasiakan juga sama mertua dan
macam-macam
Pernah mimpin masyarakat juga pernah di sindiri meskipun sedikit dan macam-macam,
ketika umur
50-55, kan orang sudah agak sepakat menerima
lainnya mungkin masih bocah-bocah, saingannya, kan, gampang
Misalnya keliru, harap maklum orang tua perlu dihormati, yang jelas dapat toleransi, contohnya seperti itu!
Misalnya kamu dibalas
Berarti kamu kaya hanya sampai umur 70 tahun
disini kamu rugi, disini kamu diingatkan Hikam
Kalau kamu ingin dibalas duniawi, itu kerugian, karena kamu dibalas ditempat yang
tidak abadi
Jika kamu memang ulama harusnya minta balasan diakhirat
Itu Dawuhnya Hikam
disinilah pintarnya Hikam, habis itu dawuh begini:
soal fakta para wali, ulama, orang sholeh ketika diduni kok dikasih duniawi..
Itu kata Hikam bukan balasan, itu adalah sebuah pemanasan
jangan anggab sebuah balasan dunia, rugi kamu!
Sebelumnya Kami Mohon Maaf Apabila Dalam Penerjemahan Terdapat Kesalahan Kata Atau Penulisan, Maupun Salah Memaknai Sebuah Kata Tersebut, Kalaupun Ada Kesalahan, Itu Tidak Kami Sengaja,,Sami Berusaha Sebaik Mungkin Agar Anda Bisa Mengerti Apa Yang Kami Terjemahkan, Terimakasih Masukan Yang Sudah Anda Utarakan Kepada Kami, Karena Dengan Masukan Tersebut Kami Akan Banyak Belajar.
🔶Simak video ini sampai habis biar tidak salah paham
🔶Niatkan dulu untuk ngaji dan belajar dengan ulama
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar