PENDAHULUAN
Tulisan ini saya dedikasikan terutama untuk saya sendiri agar supaya
pengetahuan saya tentang ilmu tata bahasa dan gramatika arab yang pernah
saya pelajari dulu dipesantren dapat saya ingat-ingat kembali sehingga
tidak mudah untuk dilupakan dengan mempraktekkannya, begitu juga bagi
siapa saja yang berkeinginan untuk mempelajari kaidah shorof secara
khusus untuk memperkuat pengetahuannya tentang bahasa arab , saya
mengijinkan tanpa syarat untuk menelaah tulisan ini, tak lupa pula
kritik dan saran senantiasa saya harapkan dari siapa saja yang
berkesempatan membaca keterangan yang saya tulis ini, karena saya juga
hanyalah manusia biasa yang tentu membutuhkan koreksi dari orang yang
barangkali lebih mumpuni dalam bidang ini.
Pertama perlu saya tegaskan bahwa standar saya dalam menulis keterangan
tentang kaidah shorof ini adalah sebuah kitab buku kecil dan tipis tapi
kaya akan dasar ilmu tata bahasa arab yang menampilkan contoh-contoh
kiyasan tashrîf dalam bentuk seperti tabel yaitu kitab Amtsilatut
tashrif karangan seorang ulama Indonesia yang terkemuka pasa masanya
iaitu syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali yang berdomisili di Kewaron
Jombang Jatim, kitab karangan beliau ini telah tersebar luas
dipesantren-pesantren di pulau jawa dan beberapa daerah diluar jawa,
bisa didapatkan ditoko-toko buku kurikulum pelajaran pesantren.
Demikian agar diperhatikan sebelumnya bagi siapa saja yang hendak
mempelajarinya terlebih dahulu saya sarankan untuk membeli bukunya untuk
dijadikan panduan.
Sebelum mempelajari suatu bidang ilmu terlebih dahulu harus diketahui
defenisi ilmu tersebut beserta cakupan-cakupannya, dalam hal ini ilmu
Tashrif atau yang biasa disebut dengan ilmu Shorof.
Tashrif secara etimologi berarti perubahan, pengalihan atau penggunaan,
sedangkan secara istilah Tashrif adalah suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa arab serta
penjelasan huruf-hurufnya, asli, tambahan, pembuangan dan sebagainya.
Buku Amtsilatut tashrif yang ditulis oleh syeikh Muhammad Ma’shum ibn
‘Ali merupakan jadwal dan contoh-contoh kalimat bahasa arab yang telah
jadi setelah proses penambahan atau pengurangan yang sesuai dengan
kaidah Shorof baku, contoh-contoh tersebut terbagi menjadi dua bagian
yaitu Tashrif istilahi yang menampilkan wazan-wazancontoh kalimat
isim dan kalimat fi’il qiyasan (qiyasî) serta perubahan bentuk
kalimatnya setelah ditambahi dan dikurangi, dan Tashrîf lughowî yang
menampilkan bentuk-bentuk kalimat isim ataupun fi’il ditinjau dari
dlomir (makna yang tersimpan) yang terkandung didalamnya, mengenahi ilmu
yang menjelaskan tentang proses penambahan dan pengurangan huruf dalam
kalimat dinamakan dengan ilmu I’lâl.
kalimat
Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:
1. kalimat isim yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya
dan tidak mempunyai waktumasa seperti زيدناصر(zaidpenolong)
2. kalimat fi’il yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya
dan mempunyai masa seperti نصر(telah menolong)
3. kalimat huruf yaitu kalimat yang hanya bisa bermakna apa bila
disambungkan dengan kalimat lain seperti هل, إنْ(apakah, apa bila)
pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa
dilihat di kitab nahwu atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf
dalam Tashrif istilâhî sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping
adalah sebagai berikut:
1. Fi’il madlyialah kalimat yang menunjukkan zaman madlymasa
lampau (past tense), hukumnya adalah mabnî fat_h_ah (tercetak
dalam bentuk berharkat fat_h_ah huruf akhirnya) kecuali apa bila
bersambung dengan dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai
dari jama’ mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam
tshrif lughowî hal. 36) maka harus disukunkan huruf akhirnya seperti
نصرَmejadi نصرْنَ, atau bila bertemu dengan wau jama’ maka harus
dibaca dlommah huruf akhirnya seperti نصرَmenjadi نصرُوا
2. Fi’il mudlôri’ialah kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau
mustaqbalsaat ini atau akan datang (present continues tense),
hukumnya adalah mabni dlommah kecuali apa bila kemasukan âmil
nashob (kalimat yang menuntut nashob) maka harus dibaca fat_h_ah
huruf akhirnya seperti ينصرُmenjadi أنْ ينصرَatau âmil jazm (kalimat
yang menuntut jazm) maka harus dibaca sukun huruf akhirnya seperti
ينصرُmenjadi لم ينصرْ
3. Mashdar ghoiru mîmialah kalimat isim yang terletak pada urutan
ketiga dalam tashrifan fi’il yang tidak diawali dengan huruf mîm dan
bermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob (harkat huruf
terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya), dan samâ’î
(bentuk lafadznya tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, akan
tetapi disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang
arab) seperti هذا ضرب خفيف, ضربت زيدا ضربا شديدا, ضربت زيدا بضرب خفيف
4. Mashdar mîm atau Isim mashdar ialah isim mu’rob yang diawali
dengan huruf mîm dan beermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob
dan qiyasî (bentuk lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof)
seperti مقام, منصرdari fi’il madly قام, نصر
5. Isim dlomîrialah isim yang tidak dapat dijadikan awalan dan tidak
dapat terletak setelah إلاsecara ikhtiyar (bila jatuh setelah illâ
maka dikategorikan jarang) seperti contoh أحب الناس إلاكhukumnya
adalah mabnî
6. Isim fâ’ilialah isim yang dibaca rofa’ yang disebut setelah
fi’ilnya, isim fâ’il ada dua: fâ’il isim dhohir seperti جاء زيدdan
fâ’il isim dlomîr seperti جاء هو, hukumnya adalah mabnî dlommah,
isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang
melakukannya yang disebut dengan subjek
7. Isim isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat,
hukumnya adalah mabnî seperti هذا زيد
8. Isim maf’ûlialah isim yang dibaca nashob yang disebut setelah
fâ’il, isim maf’ûl juga ada dua sebagaimana isim fâ’il seperti ضربت
زيداdan ضربته, hukumnya adalah mabnî fat_h_ah, isim maf’ûl ini
menunjukkan pada makna kejadian dan orangsesuatu yang menjadi objek
kejadian tersebut.
9. Fi’il amarialah fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis
pada zaman mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya, seperti ينصُرُmenjadi انصُرْْ hukumnya
adalah mabnî sukun
10. Fi’il nahîialah fi’il yang menunjukkan makna larangan yang harkat
‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti لا
تنصُرْdari mudlôri’ ينصُرُ, hukumnya adalah mabnî sukun
11. Isim zamândan Isim makân ialah isim yang menunjukkan makna
masawaktu atau makna tempat, dua isim ini bentuk wazannya sama akan
tetapi maknanya bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya adalah
mu’rob, seperti contoh جرى المآء مجراه(air mengalir ditempat
mengalirnya) dan ضربت زيدا عند المظهر(aku memukul zaid pada waktu
dzuhur)
12. Isim âlatialah isim yang menunjukkan makna alat seperti
مفتاح(kunci), hukumnya adalah mu’rob.
Keterangan; perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il
rubâ’î dan seterusnya adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim
fa’il dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca fat_h_ah
‘ain fi’ilnya. pemakaian isim zaman, isim makan dan isim alat tidak
semuanya berlaku dalam percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan
orang arab dalam pemakaiannya.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ada 13 macam, berikut keterangannya:
1. binâ’bentuk kalimat shohîh, adalah bentuk kalimat yang fa’
fi’ilhuruf pertama, ‘ain fi’ilhuruf kedua dan lam fi’ilhuruf
ketiganya (dengan menjadikan lafadz فعلsebagai wazancontoh
perbandingan) tidak terdiri dari huruf ‘illatpenyakit yaitu
alif, wau dan yâ’ seperti نصر
2. binâ’ mudlo’âfadalah kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya
terdiri dari dua jenis huruf yang sama seperti مدasalnya مدد
3. binâ’mitsâl wâwî adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari
huruf wau, seperti وعد
4. binâ’ mitsâl yâ-îadalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari
huruf yâ’seperti يسر
5. binâ’ ajwâf wawî adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri
dari huruf wau seperti صانasalnya صون
6. binâ’ ajwâf yâ-î adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri
dari huruf yâ’ seperti سارasalnya سير
7. binâ’ nâqish wawîadalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari
huruf wau seperti غزاasalnya غزو
8. binâ’ nâqish yâ-îadalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari
huruf yâ’ seperti سرىasalnya سري
9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah kalimat yang
fa’ fi’il, ‘ain fi’il atau lâm fi’ilnya terdiri dari huruf hamzah
seperti أدم, وأد, فآء
12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf
‘illat yang berkumpultidak terpisah seperti شوى
13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf
‘illat yang terpisah seperti وقى
Tashrîf Istilâhî
hal. 2 ; (Kalimat yang sebangsa 3 huruf dan sepi dari tambahan)
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim dalam
bahasa arab paling sedikinya terdiri dari tiga huruf dan paling banyak
adalah 7 huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan mudlori’ dari
fi’il tsulâtsî(kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf) bila
ditinjau dari harkat ‘ain fi’ilnya ada enam bab dan tidak ada yang
selain yanag enam ini, yaitu;
a. fat_h_ah-dlommah seperti نصَر-ينصُر
b. fat_h_ah-kasroh seperti ضرَب-يضرِب
c. fat_h_ah-fat_h_ah seperti فتَح-يفتَح
d. kasroh-fat_h_ah seperti علِم-يعلَم
e. dlommah-dlommah seperti حسُن-يحسُن
f. kasroh-kasroh seperti حسِب-يحسِب
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel kedalam
bahasa Indonesia yang diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain
fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk
pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.
Bab 1;
نصر
Menolong
مد
memanjangkan
صان
Menjaga
غزا
memerangi
أمل
Berangan
Bab 2;
ضرب
Memukul
فر
melarikan diri
وعد
Berjanji
يسر
Gampang
سار
Berjalan
سرى
berjalan dimalam hari
وقى
Menjaga
شوى
memanggang
أدم
membumbui
وأد
mengubur hidup-hidup
فآء
Kembali
Bab 3;
فعل
mengerjakan
فتح
Membuka
وضع
meletakkan
يفع
mendekati baligh
نأى
Jauh
نشأ
Tumbuh
رأى
Melihat
Bab 4;
علم
mengetahui
عض
menggigit
وجل
merasa takut
يبس
Kering
خاف
Takut
هاب
takut padamenghormati
رضي
Rela
خشي
takutmalu
وجي
berjalan dg telanjang kaki
قوي
Kuat
روي
puas dg minum
أثم
Berdosa
بئس
Celaka
برئ
Bebas
Bab 5;
حسن
Baik
ضخم
besar (bentuktubuh)
جنب
keluar air maninya
شجع
Berani
جبن
lemah hatinya
وجه
menjadi orang kaya
يمن
Beruntung
طال
Panjang
سرو
mulia serta dermawan
أدب
Sopan
لؤم
rendahhina
بطؤ
Lambat
وقر
Tenang
نجس
Najis
Bab 6;
حسب
menyangka
ومق
Mencintai
Hal 8 (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan)
Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya
memang tersusun dari empat huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali
setelah dikiyas tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya ada satu bentuk
yakni satu bab, dibawah ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam
bentuk fi’il madly :
دحرج
menggelincirkan
طأطأ
menundukkanmenganggukkan kepala
ترجم
menterjemahkan
وسوس
menggodamewaswaskan
قلقل
menggerakkan
فلفل
membubuhi lada
بسمل
mengucapkan "bismillah"
سبحل
mengucapkan "subhanallah"
حمدل
mengucapkan "alhamdulillah"
هيلل
mengucapkan "la ilaha illa Allah"
حوقل
mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"
Hal 10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan yang
disamakan dengan fi’il rubâ’î mujarrod)
Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya
dihalaman 8, dan ada yang dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î
mujarrod meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan) yaitu yang biasa
disebut fi’il rubâ’î mulhaq(disamakan), demikian itu dikarenakan asal
pengambilan bentuk fi’il rubâ’î mulhaq adalah dari suku kata mashdar
fi’il tsulâtsî atau isim jâmid (menurut ulama’ kufah semua mashdar
adalah jamid yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf, karena ia
adalah bentuk asli suku tiap kata, sedangkan yang lain hanya diambilkan
kiyasannya darinya, seperti contoh-contoh berikut ini:
جلبب(berjilbab) dari mashdar tsulâtsî جلب(menariktarik)
حوقل(bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî حَقْل(ladang)
بيطر(menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî بطْر(sombong)
جهور(mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî جهْر(keras suaranya),
شريَف(memulyakan) dari mashdar tsulâtsîشَرَف(mulya)
سلقى(merebus) dari mashdar tsulâtsî سلْق(merebus)
danقلنس(memakaikan songkok) dari isim jâmid(isim yang tidak dapat
dikiyas tashrîf)قلنسوة(songkok)
hal 12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"فعَّل"dengan
menambahkan kelipatan huruf, berfaidah sebagai berikut:
1. transitif, seperti :فرّح زيد عمرا(zaid menggembirakan umar),
karna mujarrodnya (ketika sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
2. menunjukkan makna banyak, sepeerti:قطّع زيد الحبل(yakni, zaid
memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
3. memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti:كفّر زيد
عمرا(yakni, zaid memposisikan kafirmengkafirkan si umar)
4. mencabutmerusak asal pekerjaan dari objek, seperti:قشّر زيد
الرمان(yakni, zaid mengupas kulit delima)
5. pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda),
seperti: خيّم القوم(yakni, kaum mendirikan tenda).
Perlu diketahui juga bahwa macam-macam huruf tambahan yang bisa
ditambahan pada kalimat baik fi’il maupun isim itu ada 10 macam, yaitu
terangkum dalam kata singkat أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ", perinciannya sebagai berikut:
1. hamzah
2. wau
3. yâ’
4. sîn
5. âlif
6. _h_â’
7. lâm
8. tâ’
9. nûn
10. mîm
dibawah ini adalah contoh-contoh fi’il tsulâtsî mazîd :
فرح
menggembirakan
كرر
mengulang-ulangi
وكل
mewakilkan
يسر
memudahkan
نور
menerangi
بين
menjelaskan
زكى
membersihkanmenyucikan
لقى
mempertemukanmenemui
ولى
mengangkat (jabatannya)
قوى
menguatkan
أدب
mengadabkanmendidiknya adab
شأم
menyialkan
هنأ
mengucapkan tahniah (selamat)
Hal 14; (bab fi’il tsulâtsî mazidyang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"فاعل"dengan penambahan
alif setelah fâ’, berfaidah sebagai berikut:
1. musyârokah(persekutuangabungan) diantara dua orangsesuatu,
(musyârokahialah maksud dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh dua
subjek sehingga kedua-duanya menjadi fa’il (subjek) sekaligus maf’ûl
(objek), seperti contoh:ضارب زيد عمرا(zaid dan umar saling pukul)
2. bermakna fâ’ala yang berfaidah bermakna banyak, seperti contoh:
ضاعف اللهmemakai makna lafadz ضعّف الله(semoga Allah melipatkan, pahalanya)
3. bermakna af’ala yang berfaidah ta’diyyah(melampauibutuh pada
maf’ul), seperti contoh: عافاك الله(artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4. bermakna fa’ala yang mujarrod (sepi dari tambahan), seperti
contoh: سافر زيد , قاتله الله , بارك الله فيك(zaid melakukan safar,
semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)
dibawah ini adalah bentuk kiyasannya :
قاتل
membunuhmemerangi
ماس
menyentuhkan
واعد
menjanjikan
ياسر
menggampangkan
عاون
menolong
باين
meninggalkan
عاطى
memberikan (tanpa ucapan)
لاقى
menemui
والى
menolongmengasihi
داوى
mengobati
آخذ
menindak dengan siksaan (menyiksa)
لآءم
mencocoki
ناسأ
berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)
Hal 16; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"أفعل"dengan menambahkan
hamzah qoth’(huruf hamzah yang tetap dibaca baik dalam keadaan
tersambung atau terpisah) diakhirnya, berfaidah sebagai berikut:
1. ta’diyyah (melampaui pada maf’ulmebutuhkan objek) seperti:أكرمت
زيدا(aku memulyakan zaid)
2. masukmelebur dalam sesuatumasa, seperti: أمسى المسافر(si musafir
memasuki waktu sore)
3. bermakna menuju pada sesuatutempat, seperti: أحجز زيد و أعرق
عمرو(zaid menuju Hijaz dan umar menuju Irak)
4. menunjukkan adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri
fa’il, seperti contoh:أثمر الطلح و أورق الشجر(pohon pisang
berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon
5. makna mubâlaghoh(sangat), seperti contoh:أشغلت عمرا(aku sangat
menyibukkan umar)
6. menemukan sesuatu berada dalam suatu sifat, seperti:أعظمته و
أحمدته(aku menemukannya dalam keadaan agung dan terpuji)
7. bermakna “jadi”, seperti: أقفر البلد(negeri itu menjadi fakir)
8. bermakna “menawarkanmenyediakan”, seperti: عرض الثوب(dia
menyediakan baju untuk dijual)
9. bermakna “tiadasirna”, seperti: أشفى المريض(si sakit hilang sembuhnya)
10. bermakna “sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد الزرع(sudah tiba
waktunya memanen tanaman)
dibawah ini adalah tabel bentuk-bentuk wazannya :
أكرم
memulyakan
أمد
menolongmemanjangkan tangan
أوعد
menjanjikan
أيسر
memudahkan
أجاب
menjawab
أبان
menjelaskan
أعطى
memberikan
أدرى
memberitahukan
أودى
membayar (diyat)
أروى
menyegarkan (dengan air)
آمن
mengamankan
أجأر
memaksa berdoa sepenuh hati pada
أبرأ
membebaskan
Hal 18; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”تفاعل"dengan menambahkan
“tâ’” diawalnya dan “âlif” setelah fâ’, berfaidah:
1. persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح القوم و
تضارب زيد وعمرو(saling berdamai si kaum dan saling pukul si zaid
dan umar)
2. menampakkan sesuatu yang bukan dalam kenyataan, seperti: تمارض
زيد(pura-pura sakit si zaid), yakni menampakkan sakit padahal
tidak sakit
3. menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: توارد
القوم(saling berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit
demi sedikit
4. menunjukkan makna tsulâtsî mujarrod, seperti: تعالى وسما(tinggi si
dia dalam pangkatnya)
5. muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”, seperti: باعدته فتباعد(aku
menjauhinya maka menjadi jauhlah dia)
yang dimaksud muthôwa’ah ialah hasil sesuatu ketika suatu kalimat
berhubungan dengan fi’il muta’addî(fi’il yang membutuhkan maf’ûl),
dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
تباعد
saling menjauhi
تماس
saling bersentuhan
تواعد
saling berjanji
تيامن
mendahulukan yang kanan
تلاوم
saling menyalahkan
تباين
saling menjuhimenyalahi
تعاطى
saling memberi tanpa ucap
تلاقى
saling bertemu
توارى
bersembunyi
تداوى
berobat
تآنف
saling memandang rendah
تساءل
saling bertanya
تمالأ
saling berkomplot
hal 20; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"تفعّل"dengan menambahkan
tâ’ diawalnya dan menggandakan ‘ain, berfaida:
1. Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda, seperti:
كسّرت الزجاج فتكسّر(aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
2. makna takallufyaitu persekongkolanpertolongan fâ’ilsubjek yang
diberikan pada fi’ilpredikat agar predikat tersebut hasilterwujud,
seperti: تشجع زيد(zaid memberanikan diri) yakni zaid memaksakan
sifat keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam dirinya
3. fâ’il (si subjek) menjadikanmencetak fi’il (kata kerja) dari
kalimat yang pada asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti تبنيت
يوسف(aku menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata
إبنmenjadi تبنّى
4. menunjukkan makna menjauhi sesuatu, seperti تذمم زيد(zaid menjauhi
celaan)
5. menunjukkan makna “menjadi” seperti تأيمت المرأة(menjadi janda si
perempuan) yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
6. menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti تجرع
زيد(yakni zaid minum teguk demi teguk)
7. makna “tuntutan” seperti تعجل الشيء(dia terburu-buru terhadap
sesuatu yakni menuntut untuk dikerjakan dengan cepat), dan
تبينه(yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)
dibawah ini adalah contoh wazannya :
تكسر
menjadi pecah
تكرر
berulang-ulang
توعد
mengancam
تيسر
menjadi mudah
تنور
menjadi terang
تبين
menjadi jelas
تعدى
melampaui batas
تلقى
mendapatmenerima
تولى
menjadi pejabat
تروى
minumberfikir
تأدب
berakal budi
ترأد
berayunbergoyang
تصدأ
melihat dalam keadaan berdiri
hal 22; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "افتعل"dengan menambahkan
“hamzah” diawalnya dan “tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya berfaidah
sebagai berikut:
1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti جمعت الإبل فـ اجتمع(aku
mengumpulkan unta maka berkumpullah si unta)
2. makna “menjadikanmembuat” seperti اختبز زيد(zaid
membuatmenjadikan roti)
3. menambahkan makna mubaghoh(sangat) dalam makna kalimat, seperti
اكتسب زيد(si zaid bekerja dengan sangat)
4. bermakna wazan “fa’ala” (fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti
اجتذب(dia jadzabmabuk dalam bermunajat)
5. bermakna wazan “tafâ’ala” (saling), seperti اختصمbermakna
تخاصم(saling berseteru)
6. bermakna “tuntutan” seperti اكتدّ(fi’il amar yakni dia menuntut
darinya kesungguh-sungguhan)
berikut ini contoh wazannya :
اجتمع
berkumpul
امتد
memanjang
اتصل
menghubungi
اتسر
menjadi mudah
اعتاد
membiasakan
اشترى
membeli
اتقى
bertakwa
ارتوى
menjadi segarpuas (dengan minum)
ايتمن
mempercayakan kepadamelakuakan dengan tangan kanan
ابتأس
bersedih hati
اجترأ
berani
اختار
memilih
اعتدى
melampaui batasmenyalahi peraturan
Hal 24; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "انْفَعَلَ"dengan menambahkan
hamzah dan nûn diawalnya, berfaidah:
1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti كسرت الزجاج فـ انكسر(aku
memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)
2. muthôwa’ahnya wazan “af’ala” tapi sedikit berlakunya, seperti
أزعجه فـ انزعج(aku mengagetkannya maka kagetlah dia)
keterangan; wazan “infa’ala” tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang
menunjukkan makna perbaikan dan menghasilkan bekasdampak secara
indrawi, berikut contoh wazannya :
انفعل
terjadi pekerjaannya
انكسر
menjadi pecah
انفض
menjdi pecah (terputusberakhir)
انقاد
menjadi tundukpatuh
انماع
menjadi cair
انجلى
menjadi jelas
انبرى
menjadi terkendali
انطفأ
menjadi padam
Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî dipindah pada wazan "افْعَلَّ"dengan menambahkan hamzah
washol dan penggandaan lâm fi’il, berfaidah:
1. menunjukkan beradamemasuki dalam suatu sifat, seperti احمرَّ
البُسْرُ(air baru itu memerah) yakni masuk dalam warna merah
2. makna “sangat” seperti اسودّ الليل(malam menjadi sangat hitam)
dibawah ini contoh wazannya :
احمر
memerah
اسود
menghitam
ابيض
memutih
اصفر
menguning
اخضر
menghijau
اشهب
menjadi kelabu
اسمر
menjadi coklat
Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "اسْتَفْعَلَ"dengan menambahkan
hamzah washol(hamzah yang dibaca pada saat tidak tersambung seperti
istaf’ala dan tidak dibaca saat tersambung dengan kalimat lain seperti
إِنِ اسْتَفْعَلَ), sîn dan tâ’, berfaidah:
1. menuntut suatu pekerjaan seperti استغفر الله(dia meminta ampun
pada Allah) yakni dia menuntut pengampunan dari Allah
2. menemukan sesuatu tampakberada dalam suatu sifat, seperti استعظمته
واستحسنته(aku nampak ia agung dan bagus)
3. makna beralihpindah, seperti استحجر الطين(Lumpur beralih menjadi
batu)
4. makna terpaksamenanggung beban, seperti استجرأ(dia memaksakan
untuk berani)
5. bermakna seperti fi’il tsulâtsî mujarrod, seperti استقرّbermakna
قرّّ(menetaptetap)
6. muthôwa’ahseperti أراحه فـ استراح(dia A mengistirahatkannya B
maka beristirahatlah dia B).
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar