ikl Panduan Belajar Amtsilatut Tashrif - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

Panduan Belajar Amtsilatut Tashrif

Share it:

PENDAHULUAN
Tulisan ini saya dedikasikan terutama untuk saya sendiri agar supaya
pengetahuan saya tentang ilmu tata bahasa dan gramatika arab yang pernah
saya pelajari dulu dipesantren dapat saya ingat-ingat kembali sehingga
tidak mudah untuk dilupakan dengan mempraktekkannya, begitu juga bagi
siapa saja yang berkeinginan untuk mempelajari kaidah shorof secara
khusus untuk memperkuat pengetahuannya tentang bahasa arab , saya
mengijinkan tanpa syarat untuk menelaah tulisan ini, tak lupa pula
kritik dan saran senantiasa saya harapkan dari siapa saja yang
berkesempatan membaca keterangan yang saya tulis ini, karena saya juga
hanyalah manusia biasa yang tentu membutuhkan koreksi dari orang yang
barangkali lebih mumpuni dalam bidang ini.

Pertama perlu saya tegaskan bahwa standar saya dalam menulis keterangan
tentang kaidah shorof ini adalah sebuah kitab buku kecil dan tipis tapi
kaya akan dasar ilmu tata bahasa arab yang menampilkan contoh-contoh
kiyasan tashrîf dalam bentuk seperti tabel yaitu kitab Amtsilatut
tashrif karangan seorang ulama Indonesia yang terkemuka pasa masanya
iaitu syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali yang berdomisili di Kewaron
Jombang Jatim, kitab karangan beliau ini telah tersebar luas
dipesantren-pesantren di pulau jawa dan beberapa daerah diluar jawa,
bisa didapatkan ditoko-toko buku kurikulum pelajaran pesantren.
Demikian agar diperhatikan sebelumnya bagi siapa saja yang hendak
mempelajarinya terlebih dahulu saya sarankan untuk membeli bukunya untuk
dijadikan panduan.

Sebelum mempelajari suatu bidang ilmu terlebih dahulu harus diketahui
defenisi ilmu tersebut beserta cakupan-cakupannya, dalam hal ini ilmu
Tashrif atau yang biasa disebut dengan ilmu Shorof.

Tashrif secara etimologi berarti perubahan, pengalihan atau penggunaan,
sedangkan secara istilah Tashrif adalah suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa arab serta
penjelasan huruf-hurufnya, asli, tambahan, pembuangan dan sebagainya.

Buku Amtsilatut tashrif yang ditulis oleh syeikh Muhammad Ma’shum ibn
‘Ali merupakan jadwal dan contoh-contoh kalimat bahasa arab yang telah
jadi setelah proses penambahan atau pengurangan yang sesuai dengan
kaidah Shorof baku, contoh-contoh tersebut terbagi menjadi dua bagian
yaitu Tashrif istilahi yang menampilkan wazan-wazancontoh kalimat
isim dan kalimat fi’il qiyasan (qiyasî) serta perubahan bentuk
kalimatnya setelah ditambahi dan dikurangi, dan Tashrîf lughowî yang
menampilkan bentuk-bentuk kalimat isim ataupun fi’il ditinjau dari
dlomir (makna yang tersimpan) yang terkandung didalamnya, mengenahi ilmu
yang menjelaskan tentang proses penambahan dan pengurangan huruf dalam
kalimat dinamakan dengan ilmu I’lâl.


kalimat
Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:

 1. kalimat isim yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya
    dan tidak mempunyai waktumasa seperti زيدناصر(zaidpenolong)
 2. kalimat fi’il yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya
    dan mempunyai masa seperti نصر(telah menolong)
 3. kalimat huruf yaitu kalimat yang hanya bisa bermakna apa bila
    disambungkan dengan kalimat lain seperti هل, إنْ(apakah, apa bila)


pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa
dilihat di kitab nahwu atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf
dalam Tashrif istilâhî sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping
adalah sebagai berikut:

 1. Fi’il madlyialah kalimat yang menunjukkan zaman madlymasa
    lampau (past tense), hukumnya adalah mabnî fat_h_ah (tercetak
    dalam bentuk berharkat fat_h_ah huruf akhirnya) kecuali apa bila
    bersambung dengan dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai
    dari jama’ mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam
    tshrif lughowî hal. 36) maka harus disukunkan huruf akhirnya seperti
    نصرَmejadi نصرْنَ, atau bila bertemu dengan wau jama’ maka harus
    dibaca dlommah huruf akhirnya seperti نصرَmenjadi نصرُوا
 2. Fi’il mudlôri’ialah kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau
    mustaqbalsaat ini atau akan datang (present continues tense),
    hukumnya adalah mabni dlommah kecuali apa bila kemasukan âmil
    nashob (kalimat yang menuntut nashob) maka harus dibaca fat_h_ah
    huruf akhirnya seperti ينصرُmenjadi أنْ ينصرَatau âmil jazm (kalimat
    yang menuntut jazm) maka harus dibaca sukun huruf akhirnya seperti
    ينصرُmenjadi لم ينصرْ
 3. Mashdar ghoiru mîmialah kalimat isim yang terletak pada urutan
    ketiga dalam tashrifan fi’il yang tidak diawali dengan huruf mîm dan
    bermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob (harkat huruf
    terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya), dan samâ’î
    (bentuk lafadznya tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, akan
    tetapi disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang
    arab) seperti هذا ضرب خفيف, ضربت زيدا ضربا شديدا, ضربت زيدا بضرب خفيف
 4.  Mashdar mîm atau Isim mashdar ialah isim mu’rob yang diawali
    dengan huruf mîm dan beermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob
    dan qiyasî (bentuk lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof)
    seperti مقام, منصرdari fi’il madly قام, نصر
 5. Isim dlomîrialah isim yang tidak dapat dijadikan awalan dan tidak
    dapat terletak setelah إلاsecara ikhtiyar (bila jatuh setelah illâ
    maka dikategorikan jarang) seperti contoh أحب الناس إلاكhukumnya
    adalah mabnî
 6. Isim fâ’ilialah isim yang dibaca rofa’ yang disebut setelah
    fi’ilnya, isim fâ’il ada dua: fâ’il isim dhohir seperti جاء زيدdan
    fâ’il isim dlomîr seperti جاء هو, hukumnya adalah mabnî dlommah,
    isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang
    melakukannya yang disebut dengan subjek
 7.  Isim isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat,
    hukumnya adalah mabnî seperti هذا زيد
 8. Isim maf’ûlialah isim yang dibaca nashob yang disebut setelah
    fâ’il, isim maf’ûl juga ada dua sebagaimana isim fâ’il seperti ضربت
    زيداdan ضربته, hukumnya adalah mabnî fat_h_ah, isim maf’ûl ini
    menunjukkan pada makna kejadian dan orangsesuatu yang menjadi objek
    kejadian tersebut.
 9. Fi’il amarialah fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis
    pada zaman mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan
    harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya, seperti ينصُرُmenjadi انصُرْْ hukumnya
    adalah mabnî sukun
10. Fi’il nahîialah fi’il yang menunjukkan makna larangan yang harkat
    ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti لا
    تنصُرْdari mudlôri’ ينصُرُ, hukumnya adalah mabnî sukun
11. Isim zamândan Isim makân ialah isim yang menunjukkan makna
    masawaktu atau makna tempat, dua isim ini bentuk wazannya sama akan
    tetapi maknanya bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya adalah
    mu’rob, seperti contoh جرى المآء مجراه(air mengalir ditempat
    mengalirnya) dan ضربت زيدا عند المظهر(aku memukul zaid pada waktu
    dzuhur)
12. Isim âlatialah isim yang menunjukkan makna alat seperti
    مفتاح(kunci), hukumnya adalah mu’rob.

Keterangan; perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il
rubâ’î dan seterusnya adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim
fa’il dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca fat_h_ah
‘ain fi’ilnya. pemakaian isim zaman, isim makan dan isim alat tidak
semuanya berlaku dalam percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan
orang arab dalam pemakaiannya.

Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ada 13 macam, berikut keterangannya:

 1. binâ’bentuk kalimat shohîh, adalah bentuk kalimat yang fa’
    fi’ilhuruf pertama, ‘ain fi’ilhuruf kedua dan lam fi’ilhuruf
    ketiganya (dengan menjadikan lafadz فعلsebagai wazancontoh
    perbandingan) tidak terdiri dari huruf ‘illatpenyakit yaitu
    alif, wau dan yâ’ seperti نصر
 2. binâ’ mudlo’âfadalah kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya
    terdiri dari dua jenis huruf yang sama seperti مدasalnya مدد
 3. binâ’mitsâl wâwî adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari
    huruf wau, seperti وعد
 4. binâ’ mitsâl yâ-îadalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari
    huruf yâ’seperti يسر
 5. binâ’ ajwâf wawî adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri
    dari huruf wau seperti صانasalnya صون
 6. binâ’ ajwâf yâ-î adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri
    dari huruf yâ’ seperti سارasalnya سير
 7. binâ’ nâqish wawîadalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari
    huruf wau seperti غزاasalnya غزو
 8. binâ’ nâqish yâ-îadalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari
    huruf yâ’ seperti سرىasalnya سري

9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah kalimat yang
fa’ fi’il, ‘ain    fi’il atau lâm fi’ilnya terdiri dari huruf hamzah
seperti أدم, وأد, فآء
12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf
‘illat yang    berkumpultidak terpisah seperti شوى
13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf
‘illat yang terpisah seperti وقى

Tashrîf Istilâhî
hal. 2 ; (Kalimat yang sebangsa 3 huruf dan sepi dari tambahan)

Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim dalam
bahasa arab paling sedikinya terdiri dari tiga huruf dan paling banyak
adalah 7 huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan mudlori’ dari
fi’il tsulâtsî(kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf) bila
ditinjau dari harkat ‘ain fi’ilnya ada enam bab dan tidak ada yang
selain yanag enam ini, yaitu;
a.    fat_h_ah-dlommah seperti نصَر-ينصُر
b.    fat_h_ah-kasroh seperti ضرَب-يضرِب
c.     fat_h_ah-fat_h_ah seperti فتَح-يفتَح
d.    kasroh-fat_h_ah seperti علِم-يعلَم
e.    dlommah-dlommah seperti حسُن-يحسُن
f.     kasroh-kasroh seperti حسِب-يحسِب
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel  kedalam
bahasa Indonesia yang diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain
fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk
pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.

Bab 1;
نصر
   
Menolong
مد
   
memanjangkan
صان
   
Menjaga
غزا
   
memerangi
أمل
   
Berangan

Bab 2;
ضرب
   
Memukul
فر
   
melarikan diri
وعد
   
Berjanji
يسر
   
Gampang
سار
   
Berjalan
سرى
   
berjalan dimalam hari
وقى
   
Menjaga
شوى
   
memanggang
أدم
   
membumbui
وأد
   
mengubur hidup-hidup
فآء
   
Kembali

Bab 3;
فعل
   
mengerjakan
فتح
   
Membuka
وضع
   
meletakkan
يفع
   
mendekati baligh
نأى
   
Jauh
نشأ
   
Tumbuh
رأى
   
Melihat

Bab 4;
علم
   
mengetahui
عض
   
menggigit
وجل
   
merasa takut
يبس
   
Kering
خاف
   
Takut
هاب
   
takut padamenghormati
رضي
   
Rela
خشي
   
takutmalu
وجي
   
berjalan dg telanjang kaki
قوي
   
Kuat
روي
   
puas dg minum
أثم
   
Berdosa
بئس
   
Celaka
برئ
   
Bebas

Bab 5;
حسن
   
Baik
ضخم
   
besar (bentuktubuh)
جنب
   
keluar air maninya
شجع
   
Berani
جبن
   
lemah hatinya
وجه
   
menjadi orang kaya
يمن
   
Beruntung
طال
   
Panjang
سرو
   
mulia serta dermawan
أدب
   
Sopan
لؤم
   
rendahhina
بطؤ
   
Lambat
وقر
   
Tenang
نجس
   
Najis

Bab 6;
حسب
   
menyangka
ومق
   
Mencintai


Hal 8 (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan)

            Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya
memang tersusun dari empat huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali
setelah dikiyas tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya ada satu bentuk
yakni satu bab, dibawah ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam
bentuk fi’il madly :

دحرج
   
menggelincirkan
طأطأ
   
menundukkanmenganggukkan kepala
ترجم
   
menterjemahkan
وسوس
   
menggodamewaswaskan
قلقل
   
menggerakkan
فلفل
   
membubuhi lada
بسمل
   
mengucapkan "bismillah"
سبحل
   
mengucapkan "subhanallah"
حمدل
   
mengucapkan "alhamdulillah"
هيلل
   
mengucapkan "la ilaha illa Allah"
حوقل
   
mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"


Hal 10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan yang
disamakan dengan fi’il rubâ’î mujarrod)

            Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya
dihalaman 8, dan ada yang dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î
mujarrod  meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan) yaitu yang biasa
disebut fi’il rubâ’î mulhaq(disamakan), demikian itu dikarenakan asal
pengambilan bentuk fi’il rubâ’î mulhaq adalah dari suku kata mashdar
fi’il tsulâtsî atau isim jâmid (menurut ulama’ kufah semua mashdar
adalah jamid yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf, karena ia
adalah bentuk asli suku tiap kata, sedangkan yang lain hanya diambilkan
kiyasannya darinya, seperti contoh-contoh berikut ini:
جلبب(berjilbab) dari mashdar tsulâtsî جلب(menariktarik)
حوقل(bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî حَقْل(ladang)
بيطر(menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî بطْر(sombong)
جهور(mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî جهْر(keras suaranya),
شريَف(memulyakan) dari mashdar tsulâtsîشَرَف(mulya)
سلقى(merebus) dari mashdar tsulâtsî سلْق(merebus)
danقلنس(memakaikan songkok) dari isim jâmid(isim yang tidak dapat
dikiyas tashrîf)قلنسوة(songkok)

hal 12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)

            fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"فعَّل"dengan
menambahkan kelipatan huruf, berfaidah sebagai berikut:

 1. transitif, seperti :فرّح زيد عمرا(zaid menggembirakan umar),
    karna mujarrodnya (ketika sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
 2. menunjukkan makna banyak, sepeerti:قطّع زيد الحبل(yakni, zaid
    memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
 3. memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti:كفّر زيد
    عمرا(yakni, zaid memposisikan kafirmengkafirkan si umar)
 4. mencabutmerusak asal pekerjaan dari objek, seperti:قشّر زيد
    الرمان(yakni, zaid mengupas kulit delima)
 5. pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda),
    seperti: خيّم القوم(yakni, kaum mendirikan tenda).

Perlu diketahui juga bahwa macam-macam huruf tambahan yang bisa
ditambahan pada kalimat baik fi’il maupun isim itu ada 10 macam, yaitu
terangkum dalam kata singkat أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ", perinciannya sebagai berikut:

     1. hamzah
     2. wau
     3. yâ’
     4. sîn
     5. âlif
     6. _h_â’
     7. lâm
     8. tâ’
     9. nûn
    10. mîm

dibawah ini adalah contoh-contoh fi’il tsulâtsî mazîd :
فرح
   
menggembirakan
كرر
   
mengulang-ulangi
وكل
   
mewakilkan
يسر
   
memudahkan
نور
   
menerangi
بين
   
menjelaskan
زكى
   
membersihkanmenyucikan
لقى
   
mempertemukanmenemui
ولى
   
mengangkat (jabatannya)
قوى
   
menguatkan
أدب
   
mengadabkanmendidiknya adab
شأم
   
menyialkan
هنأ
   
mengucapkan tahniah (selamat)


Hal 14; (bab fi’il tsulâtsî mazidyang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"فاعل"dengan penambahan
alif setelah fâ’, berfaidah sebagai berikut:
1.     musyârokah(persekutuangabungan) diantara dua orangsesuatu,
(musyârokahialah maksud dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh dua
subjek sehingga kedua-duanya menjadi fa’il (subjek) sekaligus maf’ûl
(objek), seperti contoh:ضارب زيد عمرا(zaid dan umar saling pukul)
2.     bermakna fâ’ala yang berfaidah bermakna banyak, seperti contoh:
ضاعف اللهmemakai makna lafadz ضعّف الله(semoga Allah melipatkan, pahalanya)
3.     bermakna af’ala yang berfaidah  ta’diyyah(melampauibutuh pada
maf’ul), seperti contoh: عافاك الله(artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4.     bermakna fa’ala yang mujarrod (sepi dari tambahan), seperti
contoh: سافر زيد , قاتله الله , بارك الله فيك(zaid melakukan safar,
semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)
dibawah ini adalah bentuk kiyasannya :
قاتل
   
membunuhmemerangi
ماس
   
menyentuhkan
واعد
   
menjanjikan
ياسر
   
menggampangkan
عاون
   
menolong
باين
   
meninggalkan
عاطى
   
memberikan (tanpa ucapan)
لاقى
   
menemui
والى
   
menolongmengasihi
داوى
   
mengobati
آخذ
   
menindak dengan siksaan (menyiksa)
لآءم
   
mencocoki
ناسأ
   
berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)


Hal 16; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"أفعل"dengan menambahkan
hamzah qoth’(huruf hamzah yang tetap dibaca baik dalam keadaan
tersambung atau terpisah) diakhirnya, berfaidah sebagai berikut:

 1. ta’diyyah (melampaui pada maf’ulmebutuhkan objek) seperti:أكرمت
    زيدا(aku memulyakan zaid)
 2. masukmelebur dalam sesuatumasa, seperti: أمسى المسافر(si musafir
    memasuki waktu sore)
 3. bermakna menuju pada sesuatutempat, seperti: أحجز زيد و أعرق
    عمرو(zaid menuju Hijaz dan umar menuju Irak)
 4. menunjukkan adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri
    fa’il, seperti contoh:أثمر الطلح و أورق الشجر(pohon pisang
    berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon
 5. makna mubâlaghoh(sangat), seperti contoh:أشغلت عمرا(aku sangat
    menyibukkan umar)
 6. menemukan sesuatu berada dalam suatu sifat, seperti:أعظمته و
    أحمدته(aku menemukannya dalam keadaan agung dan terpuji)
 7. bermakna “jadi”, seperti: أقفر البلد(negeri itu menjadi fakir)
 8. bermakna “menawarkanmenyediakan”, seperti: عرض الثوب(dia
    menyediakan baju untuk dijual)
 9. bermakna “tiadasirna”, seperti: أشفى المريض(si sakit hilang sembuhnya)
10. bermakna “sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد الزرع(sudah tiba
    waktunya memanen tanaman)

dibawah ini adalah tabel bentuk-bentuk wazannya :
أكرم
   
memulyakan
أمد
   
menolongmemanjangkan tangan
أوعد
   
menjanjikan
أيسر
   
memudahkan
أجاب
   
menjawab
أبان
   
menjelaskan
أعطى
   
memberikan
أدرى
   
memberitahukan
أودى
   
membayar (diyat)
أروى
   
menyegarkan (dengan air)
آمن
   
mengamankan
أجأر
   
memaksa berdoa sepenuh hati pada
أبرأ
   
membebaskan


Hal 18; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”تفاعل"dengan menambahkan
“tâ’” diawalnya dan “âlif” setelah fâ’, berfaidah:

 1. persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح القوم و
    تضارب زيد وعمرو(saling berdamai si kaum dan saling pukul si zaid
    dan umar)
 2. menampakkan sesuatu yang bukan dalam kenyataan, seperti: تمارض
    زيد(pura-pura sakit si zaid), yakni menampakkan sakit padahal
    tidak sakit
 3. menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: توارد
    القوم(saling berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit
    demi sedikit
 4. menunjukkan makna tsulâtsî mujarrod, seperti: تعالى وسما(tinggi si
    dia dalam pangkatnya)
 5. muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”, seperti: باعدته فتباعد(aku
    menjauhinya maka menjadi jauhlah dia)

yang dimaksud muthôwa’ah ialah hasil sesuatu ketika suatu kalimat
berhubungan dengan fi’il muta’addî(fi’il yang membutuhkan maf’ûl),
dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
تباعد
   
saling menjauhi
تماس
   
saling bersentuhan
تواعد
   
saling berjanji
تيامن
   
mendahulukan yang kanan
تلاوم
   
saling menyalahkan
تباين
   
saling menjuhimenyalahi
تعاطى
   
saling memberi tanpa ucap
تلاقى
   
saling bertemu
توارى
   
bersembunyi
تداوى
   
berobat
تآنف
   
saling memandang rendah
تساءل
   
saling bertanya
تمالأ
   
saling berkomplot


hal 20; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan"تفعّل"dengan menambahkan
tâ’ diawalnya dan menggandakan ‘ain, berfaida:

 1. Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda, seperti:
    كسّرت الزجاج فتكسّر(aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
 2. makna takallufyaitu persekongkolanpertolongan fâ’ilsubjek yang
    diberikan pada fi’ilpredikat agar predikat tersebut hasilterwujud,
    seperti: تشجع زيد(zaid memberanikan diri) yakni zaid memaksakan
    sifat keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam dirinya
 3. fâ’il (si subjek) menjadikanmencetak fi’il (kata kerja) dari
    kalimat yang pada asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti تبنيت
    يوسف(aku menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata
    إبنmenjadi  تبنّى
 4. menunjukkan makna menjauhi sesuatu, seperti تذمم زيد(zaid menjauhi
    celaan)
 5. menunjukkan makna “menjadi” seperti تأيمت المرأة(menjadi janda si
    perempuan) yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
 6. menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti تجرع
    زيد(yakni zaid minum teguk demi teguk)
 7. makna “tuntutan” seperti تعجل الشيء(dia terburu-buru terhadap
    sesuatu yakni menuntut untuk dikerjakan dengan cepat), dan
    تبينه(yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)

dibawah ini adalah contoh wazannya :
تكسر
   
menjadi pecah
تكرر
   
berulang-ulang
توعد
   
mengancam
تيسر
   
menjadi mudah
تنور
   
menjadi terang
تبين
   
menjadi jelas
تعدى
   
melampaui batas
تلقى
   
mendapatmenerima
تولى
   
menjadi pejabat
تروى
   
minumberfikir
تأدب
   
berakal budi
ترأد
   
berayunbergoyang
تصدأ
   
melihat dalam keadaan berdiri


hal 22; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "افتعل"dengan menambahkan
“hamzah” diawalnya dan “tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya berfaidah
sebagai berikut:
1.    muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti جمعت الإبل فـ اجتمع(aku
mengumpulkan unta maka berkumpullah si unta)
2.    makna “menjadikanmembuat” seperti اختبز زيد(zaid
membuatmenjadikan roti)
3.    menambahkan makna mubaghoh(sangat) dalam makna kalimat, seperti
اكتسب زيد(si zaid bekerja dengan sangat)
4.    bermakna wazan “fa’ala” (fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti
اجتذب(dia jadzabmabuk dalam bermunajat)
5.    bermakna wazan “tafâ’ala” (saling), seperti اختصمbermakna
تخاصم(saling berseteru)
6.    bermakna “tuntutan” seperti اكتدّ(fi’il amar yakni dia menuntut
darinya kesungguh-sungguhan)
berikut ini contoh wazannya :
اجتمع
   
berkumpul
امتد
   
memanjang
اتصل
   
menghubungi
اتسر
   
menjadi mudah
اعتاد
   
membiasakan
اشترى
   
membeli
اتقى
   
bertakwa
ارتوى
   
menjadi segarpuas (dengan minum)
ايتمن
   
mempercayakan kepadamelakuakan dengan tangan kanan
ابتأس
   
bersedih hati
اجترأ
   
berani
اختار
   
memilih
اعتدى
   
melampaui batasmenyalahi peraturan


Hal 24; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "انْفَعَلَ"dengan menambahkan
hamzah dan nûn diawalnya, berfaidah:

 1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti كسرت الزجاج فـ انكسر(aku
    memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)
 2. muthôwa’ahnya wazan “af’ala” tapi sedikit berlakunya, seperti
    أزعجه فـ انزعج(aku mengagetkannya maka kagetlah dia)

keterangan; wazan “infa’ala” tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang
menunjukkan makna perbaikan dan menghasilkan bekasdampak secara
indrawi, berikut contoh wazannya :
انفعل
   
terjadi pekerjaannya
انكسر
   
menjadi pecah
انفض
   
menjdi pecah (terputusberakhir)
انقاد
   
menjadi tundukpatuh
انماع
   
menjadi cair
انجلى
   
menjadi jelas
انبرى
   
menjadi terkendali
انطفأ
   
menjadi padam


Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî dipindah pada wazan "افْعَلَّ"dengan menambahkan hamzah
washol dan penggandaan lâm fi’il, berfaidah:

 1. menunjukkan beradamemasuki dalam suatu sifat, seperti احمرَّ
    البُسْرُ(air baru itu memerah) yakni masuk dalam warna merah
 2. makna “sangat” seperti اسودّ الليل(malam menjadi sangat hitam)

dibawah ini contoh wazannya :
احمر
   
memerah
اسود
   
menghitam
ابيض
   
memutih
اصفر
   
menguning
اخضر
   
menghijau
اشهب
   
menjadi kelabu
اسمر
   
menjadi coklat


Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "اسْتَفْعَلَ"dengan menambahkan
hamzah washol(hamzah yang dibaca pada saat tidak tersambung seperti
istaf’ala dan tidak dibaca saat tersambung dengan kalimat lain seperti
إِنِ اسْتَفْعَلَ), sîn dan tâ’, berfaidah:

 1. menuntut suatu pekerjaan seperti استغفر الله(dia meminta ampun
    pada Allah) yakni dia menuntut pengampunan dari Allah
 2. menemukan sesuatu tampakberada dalam suatu sifat, seperti استعظمته
    واستحسنته(aku nampak ia agung dan bagus)
 3. makna beralihpindah, seperti استحجر الطين(Lumpur beralih menjadi
    batu)
 4. makna terpaksamenanggung beban, seperti استجرأ(dia memaksakan
    untuk berani)
 5. bermakna seperti fi’il tsulâtsî mujarrod, seperti استقرّbermakna
    قرّّ(menetaptetap)
 6. muthôwa’ahseperti أراحه فـ استراح(dia A mengistirahatkannya B
    maka beristirahatlah dia B).  

Share it:

ilmu

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching