ikl 11 Cara Klasik Mendidik Anak Ala Ulama (II) - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

11 Cara Klasik Mendidik Anak Ala Ulama (II)

Share it:

Artikel ini melanjutkan artikel sebelumnya yang menjelaskan tentang 11 Cara Klasik Mendidik Anak Ala Ulama. Tujuan artikel berseri ini untuk mengetahui dan memahami bagaimana para ulama dahulu (khususnya ulama alawiyyin) mendidik anak-anak mereka sehingga menjadi anak-anak yang saleh dan saleha.

6. Orang tua yang memiliki anak yang sudah cukup dewasa, hendaklah mengajarkan anaknya agar terbiasa bangun di sepertiga akhir malam. Jika memungkingkan, sang ayah hendaklah mengajak anak mereka untuk melaksanakan shalat di masjid.

Allah berfirman:

وَمِنَ الَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَاِدْبَارَ النُّجُوْمِ ࣖ - ٤٩

Dan pada sebagian malam bertasbihlah kepada-Nya dan (juga) pada waktu terbenamnya bintang-bintang (pada waktu fajar) (QS. At-Tur [52]: 49).

Terkait dengan orang-orang yang shalat malam (tahajud) ini, Allah sangat memuji mereka. Allah berfirman:

كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ, وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah) (QS. A-Zariyat [51]: 17-18).

7. Hendaknya ada satu hari khusus dalam keluarga untuk berkumpul bersama untuk mengaji Al-Qur’an, mempelajari kitab hadis, dan kitab fikih. 

Rasulullah ﷺ bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (HR. Bukhari no.1452).

Setelah majelis selesai, hendaklah mereka kemudian membiasakan diri dengan menutup majelis dengan membaca doa dan shalawat. Salah satu doa yang dapat dibaca untuk menutup majelis adalah sebagai berikut.

اَللَّهُـمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا 

اَللَّهُـمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini. 

Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami (HR. Tirmidzi no. 3502).

8. Ketika hari-hari atau bulan-bulan mulia tiba, hendaklah beberapa hari sebelum hari atau bulan itu datang, orang tua mengumpulkan anak-anak mereka dan menanyakan hal-hal baik apa yang akan mereka lakukan di hari atau bulan mulia tersebut. 

Hal ini bertujuan untuk mengingatkan mereka tentang amal-amal baik yang harus dikerjakan di hari atau bulan mulia. Di samping memberikan semangat kepada mereka untuk senantiasa melakukan hal-hal baik secara disiplin dengan merencanakannya sebelumnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Zulkaidah, Zulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban (HR. Bukhari no. 3197 & HR. Muslim no. 1679).

9. Ketika seorang anak telah mencapai usia baligh, orang tua hendaknya melakukan selametan (doa dan zikir) dengan mengundang para ulama, sesepuh, dan masyarakat di lingkungannya. Salah satu tujuannya adalah untuk melatih anak untuk sering berdoa untuk diri sendiri, orang tua, dan komunitasnya (lingkungan sekitarnya). 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Seseorang (orang tua) akan diangkat derajatnya di Surga, lalu ia bertanya, ‘Bagaimana ini bisa terjadi?’ Lalu dijawab, 'Karena anakmu telah memohon ampun untukmu' (HR. Ibnu Majah no. 3660). 

Di sini, orang tua juga bertugas menyampaikan kepada anaknya bahwa saat ini ia telah bertanggung jawab atas dirinya sendiri, ia telah dianggap sebagai mukallaf (orang yang telah dibebani hukum Islam), dan setiap baik buruknya akan dicatat oleh para malaikat sebagai bagian amal dari dirinya.

Allah berfirman:

قُلْ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْغِيْ رَبًّا وَّهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍۗ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ اِلَّا عَلَيْهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۚ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ - ١٦٤

Katakanlah (Muhammad), “Apakah (patut) aku mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung jawab. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan” (QS. Al-An’am [6]: 164).

10. Jika memiliki seorang anak perempuan, maka orang tua harus memberikan perhatian lebih kepadanya daripada anak laki-laki, khususnya dalam pendidikan. Hal ini karena, pada umumnya, seorang anak perempuan kelak akan banyak menghabiskan waktunya di lingkungan rumah tangga.

Rasulullah ﷺ bersabda: 

جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِي فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ مَنِ ابْتُلِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, tapi aku tidak mempunyai apa pun kecuali satu buah kurma. Lalu akau berikan sebuah kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi ﷺ datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi ﷺ“Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (HR. Muslim no. 2629).

11. Kewajiban orang tua terhadap putra putrinya adalah merawat, mendidik, membesarkan, dan membekali anak dengan ilmu. Tugas terakhirnya adalah menikahkan. Hendaklah orang tua menikahkan anaknya di usia yang tepat dan menjauhkan mereka dari perbuatan maksiat yang dapat merusak masa depan dan akhlak sang anak.

Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ - ٦

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-Tahrim [66]: 6).

Demikianlah 11 cara klasik mendidik anak ala ulama alawiyyin. Semoga bermanfaat dan ada yang bisa diamalkan oleh sahabat . Aamiin.

###


Share it:

Islam

Keluarga

news

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching