ikl 11 Cara Klasik Mendidik Anak Ala Ulama (I) - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

11 Cara Klasik Mendidik Anak Ala Ulama (I)

Share it:

Dahulu, para ulama alawiyyin (ulama keturunan Imam Ali ra.) memiliki cara-cara khusus dalam mendidik anak-anak mereka supaya menjadi anak yang saleh dan saleha. Metode-metode tersebut kemudian disusun sistematis oleh Sayyid Muhammad Abdullah Al-Haddar cucu dari Habib Muhammad Al-Haddar ke dalam beberapa poin pendidikan anak.

Berikut ini beberapa metode klasik mendidik anak ala ulama alawiyyin yang bisa dipraktikkan oleh umat Islam:

1. Hendaklah ibu menyusui ketika sedang menyusui bayinya membaca Ayat Kursi, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Nas sebagai bentuk doa keselamatan untuk anak tercinta. Ayat dan surat-surat ini dikenal sebagai ayat dan surat perlindungan yang agung. 

Rasulullah ﷺ bersabda:  

مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ سَمَاءٍ وَلاَ أَرْضٍ أَعْظَمَ مِنْ آيَةِ الْكُرْسِيِّ

Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi melebihi agungnya Ayat Kursi (HR. Tirmidzi no. 2884). 

Dalam sebuah riwayat disebutkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَتَعَوَّذُ مِنَ الْجَانِّ وَعَيْنِ الإِنْسَانِ حَتَّى نَزَلَتِ الْمُعَوِّذَتَانِ فَلَمَّا نَزَلَتَا أَخَذَ بِهِمَا وَتَرَكَ مَا سِوَاهُمَا

Dahulu Rasulullah ﷺ sering berlindung dari kejahatan jin dan 'Ain manusia hingga turun Al-Mu'awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), maka setelah kedua surat itu turun, beliau membacanya dan meninggalkan selainnya (HR. Tirmidzi no. 2058; hadis hasan menurut Imam Tirmidzi).

2. Ketika anak mulai bisa bicara untuk pertama kalinya, hendaklah diajarkan untuk mengatakan:

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً

Radhitu billaahi rabbaa, wa bil islaami diinaa, wa bi Muhammadin rasuulaa.

Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad ﷺ sebagai rasul (HR. Abu Dawud no. 1529).

Berbagai hadis Rasulullah ﷺ menjelaskan dahsyatnya manfaat zikir di atas dari mulai pelebur dosa, diberikan anugerah kenikmatan dan manisnya iman, mendapat ridha Allah di Hari Kiamat, hingga dianugerahkan surga (HR. Muslim no. 386, Muslim no. 34, Ibnu Majah no. 3870, Abu Dawud no. 1529). Sungguh sebuah zikir yang ringan tapi sangat bermanfaat di dunia dan akhirat.

3. Orang tua hendaknya mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya melakukan perbuatan baik, misalnya, mengajarkan anak-anak mereka sejak dini untuk membuang sampah pada tempatnya, berbuat baik kepada orang lain, dll. 

Allah berfirman:

وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ - ١٩٥

Dan berbuat baiklah, sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Baqarah [2]: 195).

Mengajarkan anak untuk berbuat baik juga penting sebagaimana halnya mengajarkan anak-anak membaca dan memahami surat-surat pendek, terutama surat Al-Fatihah. Ulama hadis Abdul Malik Ibnu Umair berkata, “Surah yang menjadi pembuka dalam Al-Qur’an adalah obat segala sesuatu, surah tersebut adalah surah Al-Fatihah.”

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ ‏"‏‏.‏ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ‏.‏ قَالَ ‏"‏‏{‏الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ‏}‏ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ

“Maukah kamu aku ajari satu surat yang paling agung yang terdapat dalam Al-Qur’an sebelum kamu keluar dari Masjid?” Lalu beliau memegang tanganku, dan ketika kami hendak keluar, aku berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Engkau telah berkata, 'Sungguh, aku akan mengajarkan padamu suatu surat yang paling agung dari Al-Qur’an.’” Beliau pun bersabda, "Yaitu, 'Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ia adalah As-Sab'u Al-Matsaanii (Surat Al-Fatihah) dan Al-Qur’an yang agung yang telah diberikan kepadaku" (HR. Bukhari no. 5006).

4. Orang tua hendaknya mengajarkan anak-anak mereka agar senantiasa berzikir (ingat) pada Allah setiap waktu. Misalnya, jika seorang anak menginginkan sesuatu dalam hidupnya, hendaklah orang tua membimbing sang anak untuk menyampaikan doa kepada Allah terkait hajatnya. 

Misalnya, sang anak berkata, “Ibu, adik ingin punya sepatu bagus.” 

Ibunya (bisa) menjawab, “Dik, jika adik ingin permintaan cepat dipenuhi, ambil wudhu dulu ya, habis itu shalat dua rakaat dan minta sama Allah apa yang adik mau, insyaAllah Allah akan berikan, nanti ibu juga insyaAllah bantu wujudkan.”

Setelah sang anak melaksanakan apa yang disarankan, orang tua berusahalah untuk mewujudkan permintaan anak dan mengatakan bahwa Allah telah menjawab doanya.

Cara mendidik anak seperti ini sejak dini dapat menumbuhkan kesadaran dan kecintaannya pada Allah dan menjauhkan anak-anak dari sikap mempersekutukan Allah.

Allah berfirman:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ - ١٣

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. Luqman [31]: 13).

Ayat di atas menjelaskan bagaimana Luqman (hamba Allah yang saleh) memberikan pelajaran kepada anak-anaknya agar senantiasa yakin pada Allah dan jangan pernah sekali-kali mempersekutukan-Nya.

5. Jika orang tua memiliki beberapa anak yang sudah cukup dewasa, hendaklah masing-masing anak (dilatih) diberikan tugas-tugas khusus masing-masing. Misalnya, seorang anak ditugasi untuk setiap pagi membeli sayur di pasar, satu lagi ditugasi untuk membersihkan lingkungan rumah, dan yang lainnya ditugasi melayani tamu yang datang.

Hal  bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak dan menciptakan rasa bertanggung jawab pada diri mereka akan tugas yang diberikan.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ - ١٠٢

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar” (QS. As-Saffat [37]: 102).

Ayat di atas menunjukkan bagaimana tanggung jawab Nabi Ismail as. yang kokoh terhadap perintah Allah yang disampaikan oleh ayahnya Nabi Ibrahim as. tentang perintah atau tugas yang diberikan oleh Allah untuk menyembelih dirinya.

(Artikel ini bersambung)

###

.

Share it:

Islam

Keluarga

news

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching