Bunuh diri merupakan perbuatan yang memiliki dampak besar bagi keberislaman seseorang. Restu Nabi Muhammad jauh dari orang-orang yang melakukan bunuh diri. Telah banyak diriwayatkan hadits bahwa Rasulullah SAW mendoakan orang yang memusuhinya, menghormati jenazah orang Yahudi, bahkan hendak menshalatkan jenazah orang munafik sebelum Al-Qur’an turun menjelaskan larangannya. Tetapi Rasulullah dengan tegas menolak menshalatkan pelaku bunuh diri.
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari dari Jabir bin Samurah, “Pernah didatangkan kepada beliau shalallahu ‘alaihi wasallam jenazah seorang laki-laki yang bunuh diri dengan anak panah. Tetapi jenazah tersebut tidak dishalatkan oleh beliau.” (HR Imam Muslim). (baca Meluruskan Pandangan Keagamaan Kaum Jihadis (2018: 218)
Dalam kondisi apapun (sekalipun sakit keras), ajaran Islam melarang seseorang untuk melakukan bunuh diri. Apalagi jika bunuh dirinya dapat mencelakakan orang lain, semisal bom bunuh diri. Ancamannya jelas, kekal abadi dalam siksa neraka. Bahkan, pelaku bunuh diri pun akan masuk neraka meskipun awalnya dia berangkat untuk menunaikan apa yang disebut dirinya sebagai jihad.
Berbicara tentang jihad yang seringkali menjadi alat legitimasi bom bunuh diri bagi para ekstremis, menuntut umat Islam untuk memaknai jihad secara luas dan baik. Dengan kata lain, jika jihad dengan melakukan kekerasan, mencelakai orang lain, dan merusak fasilitas publik, dipastikan jihad tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam yang diteladankan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Suatu ketika terdapat seseorang dengan gagah berani berperang. Para sahabat menceritakan kehebatan orang tersebut kepada Rasulullah SAW. Kehebatannya itu diakui karena dia selalu berada di garda depan ketika perang melawan musuh. Sabetan pedangnya tidak henti-hentinya menumpas orang-orang kafir.
Namun jawaban Rasulullah sangat mengejutkan. Nabi Muhammad menyatakan bahwa orang tersebut adalah penghuni neraka. Mendengar perkataan Nabi Muhammad, para sahabat terheran-heran.
Disampaikan oleh Sahl bin Said bahwa pada sejumlah peperangan, Rasulullah SAW bertemu dan bertempur dengan orang-orang musyrik, sampai setiap pasukan ke kesatuannya.
Di kalangan orang-orang Islam ada seseorang yang senantiasa menebaskan pedangnya kepada orang-orang musyrik; baik yang sedang bergerombol maupun sendirian. Kepada dikatakan kepada Rasulullah, “Alangkah besarnya pahala orang tersebut, alangkah besarnya pahala dia.”
Kemudian Rasulullah bersabda, “sesungguhnya orang itu adalah penghuni neraka.” Kemudian mereka berkata, “siapakah orangnya di antara kita yang akan menjadi penghuni surga jika orang (seperti ini) saja akan masuk neraka?”
Ada seorang dari mereka berkata, “Aku benar-benar selalu mengikutinya, saat dia bergerak cepat dan lambat, aku selalu bersamanya, sampai kemudian ia terluka. Kemudian dia mempercepat kematiannya. Dia meletakkan gagang pedangnya di tanah dan ujungnya di dadanya, kemudian dia menusukkan dirinya dengan pedang itu dan dia melakukan bunuh diri.”
Kemudian datang seseorang (yang tadi selalu menyertainya) menemui Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Aku bersaksi bahwa Anda adalah utusan Allah SWT.”
Lalu Nabi Muhammad menanyakan apa yang terjadi dan dia pun menceritakannya. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya orang tersebut sedang melakukan amalan-amalan penghuni surga sebagaimana yang nampak kepada orang lain padahal dia termasuk penghuni neraka. Dan dia itu sedang melakukan amalan-amalan penghuni neraka seperti yang nampak pada orang lain (padahal) dan dia adalah penghuni surga.”
Kisah di atas merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. (baca Meluruskan Pandangan Keagamaan Kaum Jihadis (2018: 215)
Penulis: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar