Secara umum, syariat telah memberi tuntunan dalam memilih pasangan. Salah satunya melalui hadits riwayat al-Bukhari. Disebutkan di dalamnya bahwa kiriteria pasangan ideal adalah hartawan, rupawan, keturunan mulia, dan kuat agamanya.
Di penghujung hadits itu disarankan, ketika seseorang kesulitan mencari pasangan yang memiliki keempat kriteria tersebut, maka setidaknya ia memiliki kriteria yang terakhir. Niscaya ia beruntung. Ini tentu berlaku untuk umum. Karena, siapa pun pasti ingin beruntung dan mendambakan pasangan ideal.
Kendati sudah dibekali dengan empat kriteria di atas, tapi pada praktiknya seseorang merasa bingung dan kesulitan menjatuhkan pilihan. Terlebih jika dihadapkan pada beberapa sosok pilihan, siapakah di antara beberapa sosok itu yang layak menjadi pasangannya?
Dalam hal ini, Al-Qur’an telah memberi sejumlah isyarat, siapa jodoh atau pasangan hidup seseorang. Dengan isyarat itu, seseorang akan sedikit terbantu dalam menentukan pilihannya. Beberapa isyarat dimaksud adalah:
- Memiliki Kesamaan dan Kesepadanan
Pada dasarnya, seseorang cenderung kepada orang yang memiliki sifat dan keadaan yang sama dengannya. Demikian halnya dalam hal pasangan. Ini telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula),” (QS an-Nur [24]: 26).
Kesamaan status dan kesucian dalam ayat di atas, juga merupakan isyarat terhadap aspek kesamaan lainnya, seperti kesamaan tabiat, sifat, profesi, hobi, turunan, status sosial, dan sebagainya. Tak heran jika kita kerap menjumpai orang yang berjodoh dengan teman seprofesi, teman sekantor, teman satu hobi, dan seterusnya.
Lebih menarik lagi, selain mengandung konsep kesamaan, sekufu, dan kesepadanan, ayat di atas juga mendorong siapa pun yang ingin mendapat pasangan terbaik, agar mempersiapkan diri sebagai orang terbaik bagi orang yang diinginkannya. Sebab, pada dasarnya Allah akan menjodohkan hamba-Nya dengan orang yang sepadan dengannya, sebagaimana ditegaskan dalam ayat lain, “Dia menjadikan pasangan bagi kamu dari jenis (tipe) kamu sendiri,” (QS an-Nur [24]: 28).
- Mendatangkan Ketenteraman dan Kecenderungan Hati
Dari satu atau beberapa kesamaan, biasanya terlahir rasa cocok, rasa suka, dan rasa tenteram. Demikian pula dalam hal jodoh. Maka siapa pun yang akan mencari pasangan dan menjatuhkan pilihan, maka pilihlah sosok yang membawa ketenteraman, kecocokan, kesenangan, pengertian, dan kasih sayang. Sebab itulah tanda-tanda yang diciptakan Allah dalam hatinya, sebagaimana dalam Al-Qur’an, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang,” (QS ar-Rum [30] 21).
Dan orang orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS al-Furqan [25]: 74).
Pada dasarnya, pernikahan bukan saja menyatukan dua insan yang saling mencinta, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar. Karena itu, persetujuan dari masing-masing keluarga tak boleh diabaikan. Sehingga, siapa pun yang akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, maka bicarakanlah terlebih dahulu dengan keluarga terutama kedua orang tua, termasuk dengan anak-anak jika yang menikah berstatus duda atau janda dan telah mempunyai anak yang cukup dewasa. Salah satu tujuannya untuk menghindari permasalahan di kemudian hari. Namun demikian, pilihan dan pertimbangan terakhir kembali kepada yang bersangkutan. Sebab, masukan yang terlalu banyak seringkali membuat seseorang bingung dan kesulitan untuk melangkah.
Sesungguhnya, penerimaan dari keluarga dalam memilih pasangan sudah diisyaratkan dalam Al-Qur’an, “Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ‘Kembali (saja)lah,’ maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS asy-Syura [42]: 11).
- Dilapangkan Pintu Rezeki
Isyarat berikutnya tentang jodoh seseorang adalah kelapangan rezeki. Ingatlah, ketika Allah menjodohkan hamba-Nya, maka Dia akan melapangkan rezekinya, “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik,” (QS an-Nahl [16]: 72). Karenanya, tak heran jika kita mendapati rezeki orang yang melajang berbeda dengan rezeki orang yang sudah menikah. Begitu pun rezeki orang yang belum mempunyai anak bebeda dengan rezeki orang yang sudah mempunyai anak.
Bahkan, Allah telah berjanji akan memampukan dan memudahkan seseorang yang sudah menemukan jodohnya dan bermaksud menjaga kehormatan dirinya. Adapun caranya tentu terserah Allah. Simaklah ayat yang satu ini, “Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya,” (QS an-Nur [24]: 33). Dengan kata lain, jika pilihan yang ada di hadapan seseseorang adalah jodohnya, maka Allah akan memampukannya untuk menikah dengan pilihannya itu. Wallahu a’lam.
Ustadz M Tatam Wijaya, Petugas Pembantu Pencatat Pernikahan (P4) KUA Sukanagara, Cianjur
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar