Suatu ketika, Rasulullah ﷺ sedang melakukan ekspedisi militer dan beristirahat di dekat daerah musuh.
Melihat kondisi tersebut, seorang laki-laki bernama Ghaurats Bin Al-Harits menyelinap masuk hingga sampai di hadapan Rasulullah ﷺ yang sedang beristirahat.
Ghaurats kemudian menodongkan pedang di leher Rasulullah ﷺ dan berkata, “Siapa yang akan menolongmu dariku?"
Rasulullah ﷺ tampak tenang dan berkata dengan penuh yakin, “Allah.”
Mendengar jawaban yang tak terduga dari Rasulullah ﷺ, Ghaurats gemetar dan ciut nyalinya. Tiba-tiba pedang yang semula digenggam erat olehnya jatuh ke tanah.
Melihat hal itu Rasulullah ﷺ kemudian mengambil pedang tersebut dan berbalik mengacungkan ke hadapan Ghaurats sembari berkata, “Siapa yang akan menolongmu dariku?"
Mendengar pertanyaannya diajukan kembali oleh Rasulullah ﷺ, Ghaurats sangat ketakutan dan berkata dengan nada memohon, “Jadilah seorang penawan yang baik.”
“Apakah engkau mau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah?” tanya Rasulullah ﷺ.
“Tidak mau. Namun, saya berjanji kepadamu, saya tidak akan memerangimu lagi dan tidak akan bergabung dengan kaum yang memerangimu atau membantu mereka,” jawabnya sembari berdiplomasi kepada Rasulullah ﷺ.
Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah ﷺ melepaskan Ghaurats. Bergegaslah ia kembali kepada kaumnya dan berkata, “Sungguh aku telah datang dari orang yang paling baik.”
Sahabat KESAN yang budiman, bahkan terhadap orang yang hendak membunuhnya sekalipun, Rasulullah ﷺ menunjukkan ketinggian akhlak dan sikap kasih sayang.
Dan sekalipun Ghurats tidak mau masuk Islam, Rasulullah ﷺ tidak melukai Ghurats. Bahkan Rasulullah ﷺ memaafkan dan melepaskan Ghurats yang jelas-jelas punya niat buruk. Oleh sebab kejadian ini, Ghurats pun sadar bahwa ia baru saja berjumpa dengan orang yang paling baik akhlaknya.
Referensi: HR. Ahmad no. 14401.
###
*
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar