Saat Nasruddin berjalan membawa burung beo ke pasar, ia bertemu dengan teman lamanya di tengah jalan. Rupanya sang teman lama sudah menjadi seorang yang kaya raya.
“Apa yang sedang kau kerjakan, Nasruddin?” tanya sang teman lama.
“Aku sekarang berdagang beo di pasar,” ujar Nasruddin.
“Beomu bisa berbicarakah?” tanya sang teman lama.
“Oh, tentu bisa,” jawab Nasruddin. “Jangankan berbicara, menyanyi pun bisa.”
Seketika itu pula beo yang dibawa oleh Nasruddin menyanyi “Balonku ada Lima” hingga membuat sang teman takjub.
“Wah, aku mau beli beo ini, tapi kalau ada yang lebih pintar. Pokoknya yang paling pintar, harga tidak masalah,” ujar sang teman bersemangat sambil menyerahkan kepingan emas.
Keesokan harinya, Nasruddin pun mengantar beo yang pintar ke rumah temannya.
Tiga hari kemudian, sang teman marah-marah mendatangi rumah Nasruddin. Ia merasa tertipu diberi beo yang tidak pintar oleh Nasruddin.
“Beo yang kau kirim, tak mau berbicara,” komplen sang teman.
“Kan, kamu minta beo yang paling pintar. Maka aku kirim beo yang pemikir. Memang jarang ngomong dia. Yang suka ngomong itu justru yang bodoh,” jelas Naruddin.
~ Sedikit bicara itu bijak, sedikit makan itu menyehatkan (Umar bin Khattab).
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar