ikl 25 Kisah-Kisah Para Nabi - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

25 Kisah-Kisah Para Nabi

Share it:
KISAH NABI ADAM AS

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan
gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh – tumbuhannya, menciptakan
langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang
bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk
halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang
Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka
tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain
yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati
tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan
berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah
ditakdirkan baginya.

Kekhawatiran Para Malaikat

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya
menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah
menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian
mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang
mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:
“Wahai Tuhan kami! Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain
kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan
mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan
ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan
lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang
terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah
kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu.”

Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
“Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang
mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah
menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan
makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud
ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama
makhluk-Nya.”
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah
liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan
bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia
tegak menjadi manusia yang sempurna

Iblis Membangkang

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para
malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai
penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi
dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam
di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung
dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan
lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan
merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang
lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:”Apakah yang mencegahmu sujud menghormati
sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?”
Iblis menjawab:”Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau
ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur.”
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang
diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan
mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat
yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia
dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia
hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga
hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya
dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan
bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan
menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan
dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak
keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan
yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka
melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya
melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak
bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
“Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi
isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya
menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh
hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh
rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan
memfitnah.”
Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam
dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai
penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada
di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para
malaikat seraya:”Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu
benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam.”
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut
nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui
ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:”Maha Agung Engkau! Sesungguhnya
kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan
ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana.”

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu
kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah
Allah kepada mereka:”Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku
mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan.”

Adam Menghuni Syurga

Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa
untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa
kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan
keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari
salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur
sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia
ditanya oleh malaikat:”Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada
di sampingmu itu?”

Berkatalah Adam:”Seorang perempuan.”Sesuai dengan fitrah yang telah
diilhamkan oleh Allah kepadanya.”Siapa namanya?”tanya malaikat
lagi.”Hawa”,jawab Adam.”Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?”,tanya
malaikat lagi.
Adam menjawab:”Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi
keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah.”

Allah berpesan kepada Adam:”Tinggallah engkau bersama isterimu di
syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah
dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas
hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa
lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi
Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan
kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis
itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan
menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang
kamu sedang nikmat ini.”

Iblis Mulai Beraksi

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari
Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan
dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat
selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai
menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang
hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin
memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan
mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk
mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam
nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka
bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu
adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi
malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan
menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya
dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus
itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud:
“Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya
dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu
yang nyata.”
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka
telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu
kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:”Wahai Tuhan
kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar
perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena
nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak
mengampuni dan mengasihi kami.”
Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan
pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada
mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan
tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya
yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah
dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan
akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan
murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk
lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat
itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena
perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan
fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup
mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha
Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk
selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa
yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah
s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh
dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan
Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama
dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada
mereka:”Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu
yang telah ditentukan.”

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh
berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan
berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini
dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka
ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan
otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku
dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling
bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari
waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin
hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara
sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan
manusia di dunia dan akhirat.

Kisah Adam dalam Al-Quran

Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah
Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A’raaf ayat 11 sehingga 25


    Pelajaran Yang Dapat Diambil Dari Kisah Nabi Adam As.

    Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan
    larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala
    tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia bahkan oleh
    makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para
    malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia –
    keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka
    seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa
    Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah
    patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.

    Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan
    berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa
    kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal
    mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah
    menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang
    istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia
    yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah
    kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi
    musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke
    dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan
    oleh manusia terhadap larangan Allah.

    Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan
    berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan
    ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak
    akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt
    mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik
    bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran
    bertaubat dan pengakuan kesalahan.
    Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan
    kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan
    kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari
    syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada
    dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya
    dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah
    kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun
    diperintahkan oleh Allah s.w.t.
Kisah Nabi Idris AS

Adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah kepada kaumnya.
Menurut Sami Abdullah Al-Maghluts, Idris diutus kepada kaum dari Nabi
Syits AS. atau keturunan Qabil, putra Nabi Adam AS, di wilayah Irak
kuno. Dalam buku Nabi-nabi dalam Al-Qur’an karya Afif Abdul Fatah yang
mengutip sejumlah keterangan ulama menyebutkan, Idris dilahirkan di
Munaf (Memphis), Mesir, kemudian berdakwah menyiarkan agama Allah hingga
wilayah Irak kuno. Sebagian berpendapat Idris dilahirkan dan dibesarkan
di Babilonia.
Al-Maghluts menyebutkan, Idris hidup sekitar tahun 4533-4188 SM. Usianya
diperkirakan sekitar 345 tahun, ada pula yang menyebutkan usianya 308
tahun. Hal ini juga disebutkan oleh Ibn Katsir dalam Qishash al-Anbiya’
yang mengutip keterangan dari Ibn Ishaq.
Nabi Idris AS diakui oleh banyak ulama dan ahli tafsir, adalah seorang
nabi yang memiliki banyak keistimewaan, diantaranya kemampuannya dalam
menulis, menggambar, menjahit, menguasai ilmu perbintangan (astronomi).
Dalam kitab Tarikh al-Hukama disebutkan bahwa Idris bernama Hurmus
Al-Haramisah. Namanya berasald ari bahasa Yunani, Armia. Kemudian
diistilahkan menjadi bahasa arab Hurmus. Dinamakan Hurmus karena Ia
ahli dalam ilmu perbintangan, dan dinamakan Idris karena Ia pandai
menulis dan suka belajar (daras).

Dalam bahasa Ibrani, namanya adalah Khunukh atau diistilahkan dalam
bahasa arab menjadi Akhnukh. Penjelasan ini terdapat dalam buku Ibn
Katsir, Al-Maghluts, Afif Abdul Fatah, Ahmad Bahjat (Sejarah Nabi-nabi
dalam Al-Qur’an) dan lainnya.

Menurut Ibn Katsir, Nabi Idris merupakan jalur nasab Rasulullah SAW.
Nasabnya adalah Idris (Akhnukh) bin Yared bin Mahalail (Mahalaleel)
bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam AS.
Dalam AlQuran namanya disebut Idris karena Allah memuliakannya sebagai
utusan-Nya yang memiliki kepandaian dalam bidang ilmu pengetahuan dan
rajin belajar (daras). Allah memberikannya 30 mushaf (shuhuf)
sebagai bekal untuk diajarkan kepada kaumnya.

Pada masanya manusia sudah berbicara dalam 72 bahasa. Saat ia
berdakwah kepada kaumnya, Idris sudah menggambar pembangunan kota-kota
sehingga kota yang berhasil dibangunnya berjumlah 188 kota. dan Nabi
Idris pula yang membagi wilayah bumi menjadi empat bagian dan menetapkan
setiap bagiannya seorang raja. Nama-nama raja itu adalah Elaus, Zous,
Esqlebeos, dan Zous Amon.

Ibn Ishaq menerangkan, Idris adalah manusia pertama yang menulis dengan
pena. Rasul SAW bersabda; “Dahulu, ada seorang nabi yang menulis
dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barang siapa yang sejalan
dengan tulisannya, demikian itulah (tulisannya).”

Sebagian riwayat menyebutkan, Nabi Idris-lah yang dimaksud dalam hadis
yang diriwayatkan Imam Muslim dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami
tersebut. Kepandaian menulis yang dimiliki Nabi Idris AS sejalan dengan
hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad yang
menyatakan, “Makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena.
Lalu, Dia berkata kepada pena tersebut, ‘Tulislah.’ maka pada saat itu,
berlakulah segala apa yang ditetapkan hingga akhir kiamat” (lihat
Musnad Ahmad RA.).
Lebih Maju

Apa yang ditorehkan Nabi Idris dengan julukannya sebagai manusia pertama
yang menulis dengan pena membuktikan bahwa peradaban bangsa lalu jauh
lebih modern dan maju dibandingkan penemua pena (pulpen) yang ada
sekarang ini.
Sekitar 3500-3000 SM, bangsa Sumeria (Irak) telah dikenal sebagai bangsa
paling tua didunia yang memiliki bukti kemampuan menulis. Tidak lama
kemudian bangsa Mesir juga menunjukkan bukti yang sama pada 3000-2000
SM. Sekitar 2500-2000 SM bangsa mesir membuat piramida dan bangsa
Sumeria (Babilonia) membuat taman gantung yang masih bisa disaksikan
hingga saat ini. Sekitar 3000 SM, bangsa Mesir kuno sudah menggunakan
daun papyrus sebagai alat dan tempat untuk menulis dengan cara menyusun
berdampingan lembar demi lembar.
Di zaman modern, ballpoint (pulpen) baru ditemukan (dibuat) oleh
seorang jurnalis asal Hongaria, Laszlo Biro, sekitar tahun 1938. Ia
memperhatikan tinta yang digunakan dalam percetakan surat kabar. Bersama
saudaranya , George – ahli kimia, dia mengembangkan ujung pena yang
baru, berupa sebuah bola.
Sekitar abad ke-6 hingga ke-18 masehi, pena dibuat dari batang bulu
unggas, seperti angsa, kemudian disebut dengan quil pen. Bagian dalam
batang ini berupa pipa sempit yang berfungsi sebagai tempat cadangan tinta.
Adapun pensil digunakan pertama kali ketika penduduk daerah Cumbia
Inggris menemukan kegunaan grafit sekitar tahun 1500-an masehi. Mereka
menggunakan grafit tersebut untuk menuliskan atau menandai hewan ternak
mereka. Karena grafit terlalu lunak untuk menulis, lalu diberikan bahan
pelapis yang lebih kuat dan keras. Penemu atau pencipta pensil modern
adalah Matthew Aaron Solnit.

Sumeria Kuno

Para ahli sejarah menetapkan Nabi Idris hidup sekitar tahun 4500-4188
SM. Berbagai peradaban yang telah ditinggalkannya itu kemudian
diteruskan oleh generasi berikutnya. Para pengikut Nabi Idris dan orang
yang tidak percaya kepadanya meneruskan cara-cara yang dilakukan Nabi
Idris, seperti menulis, menjahit, mengukur, dan lain sebagainya.
Beberapa tahun yang lalu, ilmuwan modern dan para ahli arkeologi
berhasil menemukan sejumlah perabotan dan barang-barang yang
diperkirakan berusia 4000 tahun. Benda tersebut diantaranya sebuah
lempengan dari tanah yang berasal dari zaman Sumeria, diatas lempengan
itu terdapat tulisan tentang matematika dalam bentuk tulisan huruf paku.
Selain itu berbagai benda purbakala yang diyakini merupakan
perbendaharaan bangsa Sumeria kuno yang ditemukan adalah alat pemberat
dari logam, bejana antic yang terbuat dari tanah liat berbentuk kendi,
gelas, dan lainnya yang diperkirakan dibuat pada tahun 4000 SM.
Demikian juga sebuah lempengan batu yang diatasnya terdapat ukiran atau
lukisan yang menggambarkan orang bercocok tanam pada peradaban
negara-negara (kecil) di kota Irak kuno bagian selatan dan tengah. Lihat
karya Sami bin Abdullah Al-Maghluts, dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul.

Pakar Ilmu Perbintangan (Astronomi)

Bangsa Sumeria kuno (4500-1700 SM) dikenal sebagai bangsa yang memiliki
peradaban tertinggi dan tertua di dunia. Berbagai macam bangunan dan
kebudayaan lahir dari wilayah ini. Salah satunya Taman Gantung (Hanging
Garden) di Babilonia.
Nabi Idris AS, selain dikenal sebagai manusia pertama yang menulis
dengan pena, juga dikenal sebagai orang yang pertama kali menggunakan
bintang sebagai petunjuk arah, waktu bercocok tanam, memperkirakan
kondisi cuaca, dan lain sebagainya. Ia juga merupakan manusia pertama
yang mnejahit pakaian.
Menurut sebuah riwayat, bangsa Sumeria telah mempelajari ilmu
perbintangan untuk mengetahui masa bercocok tanam yang baik. Misalnya,
rasi bintang Taurus yang dipercaya sebagai masa awal musim semi dan
cocok untuk menanam, sedangkan rasi bintang Virgo dipergunakan sebagai
saat tepat untuk memanen.
Bangsa Sumeria kuno (Irak –sekarang) juga dikenal sebagai bangsa pertama
yang membuat pembagian bulan dalam setahun menjadi 12 bulan (zodiak)
sekaligus membaginya dalam tabel. Selama ini banyak yang beranggapan
bangsa Yunani sebagai penemu atau bangsa yang membagi jumlah bilangan
bulan dalam setahun. Dalam Alquran telah dijelaskan tentang pembagian
bulan dalam setahun, yaitu sebanyak 12 bulan (surah At-Taubah[9]: 36).

Dalam dunia modern, ilmu astronomi atau perbintangan baru ditemukan oleh
Nicolas Copernicus (1473-1543 M). ia mengemukakan, bumi berputar pada
porosnya, bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta
planet-planet lain semua beredar mengelilingi matahari.
Salah seorang tokoh muslim yang dikenal sebagai ahli astronomi adalah
Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973-1041 M). ia lebih dahulu
mengemukakan teori dan ilmu perbintangan sebelum Nicolas Copernicus,
yang mengemukakannya 400 tahun kemudian. Ia menulis sebuah buku tentang
teori ilmu perbintangan yang dipersembahkan pada Sultan Mas’ud dari
Ghazna dengan judul Al-Jamahir fi Ma’rifati al-Jawahir.

Pelajaran Dari Nabi Idris

Apa jadinya bila manusia tak pernah menemukan kain untuk pakaian?
Mungkin, saat ini manusia masih menggunakan daun, kulit binatang, atau
lainnya untuk dijadikan penutup badan. Begitu juga bila tak ditemukan
mesin jahit. Mungkin hingga kini pakaian atau kain tidak akan pernah
rapih dan kuat.

Tahun 1755, Charles Weisenthal, asal Jerman yang tinggal di Inggris,
mematenkan jarum untuk sebuah mesin. Tahun 1790, Thomas Saint mematenkan
mesin jahit. Tahun 1810, Blathasar Krems menemukan mesin otomatis untuk
menjahit topi. Tahun 1818, John Adam Doge dan John Knowles dari Amerika
membuat mesin jahit namun gagal berfungsi untuk menjahit kain.
Tahun 1830, Bartelemy Thimonier menciptakan mesin jahit yang bisa
berfungsi dengan baik, yakni menggunakan satu benang dan sebuah jarum
kait, seperti border atau sulam. Puncaknya mesin jahit ditemukan dan
berhasil dibuat oleh Elias Howe dari Amerika Serikat sekitar tahun 1845.
Banyaknya penemuan ini membuat para penemu saling klaim sebagai penemu
pertama. Mereka pun sibuk mematenkan karyanya. Padahal, puluhan abad
silam, tepatnya sekitar tahun 4500-4188 SM, Nabi Idris AS telah
mempelopori cara menjahit pakaian. Artinya, Nabi Idris pula yang
sebelumnya menggunakan pakaian berjahit hasil karyanya. Sebelumnya
banyak kaumnya yang menggunakan pakaian dari bulu atau kulit binatang.
Beberapa abad kemudian Nabi Daud AS mengajari umat manusia untuk membuat
pakaian yang terbuat dari besi sebagai perisai diri. Ini dilakukan
sekitar tahun 1041-971 SM, jauh sebelum para ahli penemu mesin jahit dan
jarum itu berdebat tentang hasil temuan mereka.
Tempat Tertinggi

Dalam Alquran surah Maryam[19] ayat 57, Allah berfirman bahwa Nabi Idris
AS ditempatkan olaeh Allah ke tempat yang tertinggi.
“Dan Kami tempatkan ia ke tempat (martabat) yang tertinggi.” (QS
Maryam[19]: 57).
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat tersebut mengenai
diangkatnya Nabi Idris AS. apakah ia diangkat ke surga, meninggal dunia
di atas langit, atau hal itu menunjukan kemuliaan Nabi Idris?
Ibn Katsir dalam tafsirnya dan juga dalam Qishash al-Anbiya’
menyatakan, riwayat yang paling kuat mengenai ayat tersebut adalah Nabi
Idris AS diangkat ke langit untuk diambil nyawanya.
Hal ini diperkuat dengan keterangan yang diriwayatkan dari Ka’ab atas
pertanyaan dari Ibn Abbas yang diriwayatkan dari Yunus, dari Abdul A’laa
dari Ibn Wahab, dari Jarir bin Hazim, dari Al-A’masy, dari Syamr bin
Athiyah, dan dari Hilal bin Yasar.
Namun demikian, ada pula yang berpendapat bahwa Nabi Idris hanya
diangkat saja oleh Allah ke langit. Hal ini diperkuat dengan keterangan
Imam Bukhari yang meriwayatkan pertemuan Rasulullah SAW dengan Nabi
Idris AS di langit keempat saat melaksanakan Isra dan Mi’raj.
WaAllahu A’lam
Kisah Nabi Nuh AS

adalah nabi ketiga sesudah Adam,
Syith dan Idris
dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam
Ayahnya adalah
Lamik bin Metusyalih bin Idris.

Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Banyak hal berubah di
muka bumi. Dan bertepatan dengan fitrah manusia itu sendiri, terjadilah
kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali
berulang. Seperti mana tika Nabi Adam dan Hawa melupakan ketetapan tuhan
untuk menjauhi pohon didalam syurga, seperti itulah manusia melupakan
ajaran ilahi yang dilangsungkan dimuka bumi selepas turun dari syurga.

Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari
datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian
mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.

“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq
dan nasr”. ~ Surah Nuh ayat 23

Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka,
dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka.
Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat patung itu
mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan
datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan
khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa
patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.

Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh a.s untuk membawa
ajaran ilahi kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya
tidak terpengaruh oleh keadaan sekeliling, yang menyembah selain Allah
SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah
kaumnya.
Dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia
berkata: “Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali
tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa
(kepada-Nya)?” ~ Surah Al-Mu’minun ayat 23

Nabi Nuh a.s menjelaskan kepada kaumnya bahawa mustahil terdapat selain
Allah Yang Maha Esa sebagai Pencipta. Ia memberikan pengertian kepada
mereka, bahawa dunia telah lama menipu mereka dan telah tiba waktunya
untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada mereka, bahawa
Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka,
memberi mereka rezeki, dan menganugerahi akal dan tubuh yang sihat
kepada mereka. Manusia mendengarkan dakwahnya dengan penuh minat. Dakwah
Nabi Nuh cukup menggoncangkan jiwa mereka.

Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang
diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan
bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas
dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang
memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang
dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan
adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang
mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga
memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima
oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan
kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama
yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki
oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan
sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada
kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah
lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang
tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang
keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang
dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau
mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah
kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan
dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik
atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya
yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut
sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka pun
terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah.
Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam
masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap
membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan
sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka
terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan
mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha
dakwah Nabi Nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:

“Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada
kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang
rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang
malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya
dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti orang-orang
rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang
tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak
mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara
buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau
tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran
-ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya
kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis
pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang
pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan
yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah
kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di
atas kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh
lebih pandai dan lebih mengetahui daripada mu tentang hal itu
semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa
engkau adalah pendusta belaka.”/

Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:

“Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku
atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu
orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap
membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap
mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh
kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu
miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan diberi tugas
oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap
berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima
agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah
untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku
hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan
amanah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah
kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di
atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa
menurunkan seksa dan azab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari
kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha
Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.”./

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:

“Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi
sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa,
maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani,
buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena
kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka
mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama
dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang
menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar
dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang
miskin dan papa.”/

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:

“Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada
pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin,
majikan ataupun buruh ,diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya
mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah.
Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu
menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat
ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana
aku sampai hati menjauhkan daripadaku orang-orang yang telah beriman dan
menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu
menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam
tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan
bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku
kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah
membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata
untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak
wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat.
Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran
kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk
melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: “Wahai Nabi
Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog
serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak
akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan
adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau
mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami.
Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan
kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu
dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap
meragukan dakwahmu.”

Nabi Nuh berputus asa dari kaumnya

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima
puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka
meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah
kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang
sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka
hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya,
mengangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang
sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan
sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pada para pembesar kaumnya
dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama
manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak
berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima
dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali
sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang,
walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan
sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi
penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan
akan datang masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan datang mengakui
kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran
kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan
takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat
oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah
yang bermaksud:

“Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu dan
beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu,
maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan.”
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari
kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar
menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya
berseru:”Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada
orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan
berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal
dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang
berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt mereka.”

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan
tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka
itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.

Nabi Nuh membuat kapal

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah
Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan
bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil
tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan
rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal
yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan
masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi
menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina
kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan: “Wahai
Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat
kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa
sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang
engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk
ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu
ke laut?”Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan
sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:”Baiklah tunggu saja saatnya
nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan
tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu
ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya
azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu.”

Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat
pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari
Allah:”Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan
terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di
dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis
makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku.” Kemudian
tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan
dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda
seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang
tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat
berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang
telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang
diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Dengan iringan “Bismillahi majraha wa mursaha” belayarlah kapal Nabi Nuh
dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala
lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal
terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang
menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia
menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu. Tatkala Nabi
Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat
orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan
air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama
“Kan’aan” timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak
menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman
Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih
sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan
cemas menghadapi maut ditelan gelombang.

Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak
dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah
kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan
berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya
maut yang engkau menjalani hukuman Allah.” Kan’aan, putera Nabi Nuh,
yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya
yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan
panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang
menentang:”Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku
sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh
air bah ini.”

Nuh menjawab:”Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat
menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa
tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah
ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan
keampunan-Nya.” Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah
Kan’aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan
mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya
dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam
keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau
berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:”Ya Tuhanku, sesungguhnya
puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku
dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim
yang Maha Berkuasa.”Kepadanya Allah berfirman:”Wahai Nuh! Sesungguhnya
dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah
menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan
mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.Coretlah namanya
dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu
mengikuti jalan mu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan
golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan
perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang
mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa
nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani
hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung.
Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau
belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam
golongan orang-orang yang bodoh.”

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta
kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan
ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia
sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk
menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri
darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta
dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan
harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan
menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:”Ya
Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat,
ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang
aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan
maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang
rugi.”

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah
kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah,
surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas
bukit ” Judie ” dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:”Turunlah
wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan
selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat
yang menyertaimu.”

Zaman Antediluvian

Perkataan /Antedulivian/ adalah satu perkataan yang diambil dari
perkataan Latin (syn.Prediluvian) yang bermaksud “Sebelum Banjir
Besar” seperti yang terdapat dalam Injil. Perkataan ini merujuk zaman
manusia yang hidup sebelum kejadian banjir besar pada ketika zaman Nabi Nuh.

Penulis seperti William Whiston (A New Theory of the Earth 1696) dan
Henry Morris (The Genesis Flood 1961) menggambarkan zaman antediluvian
adalah seperti berikut:

   Umur seseorang manusia adalah lebih panjang dari umur manusia hari
    ini iaitu sekitar 700-950 tahun, seperti yang ditulis dalam
    Genealogies of Genesis.
   Jumlah populasi manusia pada ketika itu adalah lebih ramai
    berbanding pada tahun 1696 . Perkiraan Whiston menggambarkan lebih
    kurang 500 juta manusia berkemungkinan telah lahir dalam zaman
    antediluvian, berdasarkan jangka hayat yang panjang dan fertility rates.
   Tidak wujud awan dan hujan. Muka bumi hanya menerima air dari embun
    yang terhasil dari proses pemewalpan dan sejatan siang dan malam.
    Lautan dan sungai pula sememangnya telah semula jadi wujud dan
    menjadi sumber kahidupan harian manusia.

Gambaran dari Injil (New Testament) juga mengatakan wujudnya
makhluk-makhluk pelik dan ajaib seperti gergasi, manusia berkepak burung
(Nephilim) dan beberapa jenis makhluk yang tidak tergambar oleh fikiran
manusia hari ini. Tetapi kesemunya telah musnah ditelan gelombang dan
arus dari banjir besar. Apa yang dapat kita lihat hari ini hanyalah
makhluk dan binatang yang telah naik ke kapal Nabi Nuh.


      Kisah Nabi Nuh dalam Al-Quran

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di
antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah “Hud” ayat
27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan
perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.
Pengajaran dari Kisah Nabi Nuh

Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan
persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih
erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan
darah atau kelahiran. Kan’aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi
Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena
ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan
didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang
memusuhi dan menentangnya.

Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran
yang bermaksud:”Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara.”
Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:”Tidaklah sempurna
iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman
sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri.”Juga peribahasa yang
berbunyi:”Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak
dilahirkan oleh ibumu.
====================

Share it:

Hikmah

Islam

Kisah

Sejarah

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching