Kisah Hikmah: Meninggal Tanpa Islam
Imam Al-Qurtubi mengisahkan bahwa dahulu ada seorang muazin yang tinggal di Mesir. Sang muazin selalu pergi ke masjid untuk mengumandangkan azan dan menunaikan shalat. Sebagai seorang muazin, hidupnya selalu dibaktikan untuk beribadah kepada Allah.
Suatu hari menjelang Zuhur, sang muazin bergegas ke masjid dan naik ke atas menara untuk mengumandangkan azan.
Tepat di bawah menara masjid tersebut, tinggallah satu keluarga non-muslim. Ketika hendak mengumandangkan azan, sang muazin melihat ke arah rumah keluarga non-muslim tersebut. Didapatinya seorang wanita muda jelita di pekarangan rumah itu. Si muazin terpesona dengan kecantikan si wanita hingga membuatnya tidak fokus dalam mengumandangkan azan.
Semakin lama dan semakin sering memandang wanita itu, semakin sulit bagi si muazin memendam perasaannya. Setiap hari wajah wanita itu muncul dalam bayangannya. Akhirnya, ia pun bergegas menuju rumah si wanita.
“Permisi,” ucap si muazin sambil mengetuk pintu.
“Iya, apa yang engkau inginkan?” ucap si wanita non-muslim dengan raut muka kebingungan.
“Aku menginginkan dirimu untuk menjadi pendampingku,” jawab si muazin tanpa basa-basi.
Si wanita terdiam sejenak, dengan raut muka bingung ia berkata, “Mengapa harus aku?”
“Karena dirimu telah mencuri hatiku dan menguasai seluruh pikiranku,” jawab si muazin mengeluarkan isi hatinya.
“Maaf, aku tidak bisa menerima perasaanmu,” ujar si wanita menolak.
Si muazin seolah tak peduli dengan jawaban wanita itu, ia kembali mengajukan pertanyaan setengah mendesak, “Bolehkah aku menikahimu?”
Si wanita tampak sedikit kesal dan berkata, “Engkau adalah seorang muslim, sementara aku bukan, ayahku takkan pernah mengizinkanku menikahimu!”
“Haruskah aku meyakini apa yang kalian yakini terlebih dahulu untuk bisa menikahimu?” tanya sang muazin penuh harap.
“Jika memang itu keinginanmu, silakan,” jawab si wanita.
Singkat cerita, si muazin pun akhirnya memilih meninggalkan Islam (murtad) dan menjalin hubungan dengan wanita yang disukainya tersebut. Ia lebih memilih kenikmatan dunia dengan menggadaikan keimanannya pada Allah.
Persiapan pernikahan pun dilakukan. Beberapa hari sebelum acara pernikahan, si muazin memanjat atap rumahnya yang bocor untuk memperbaikinya. Malangnya, ia terpeleset dan meninggal seketika.
Bukan hanya dia tidak sempat menikahi si wanita, tetapi, amat buruknya, ia juga meninggal dalam keadaan murtad.
Sungguh kerugian yang sempurna: rugi dalam urusan dunia, rugi pula dalam urusan akhirat.
~ Engkaulah (Allah) pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan kumpulkanlah aku dengan orang yang saleh (QS. Yusuf [11]: 101).
###
*Jika artikel di Website Bintang Songgo dirasa bermanfaat, jangan lupa share ya. Semoga dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin.*
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar