Dahulu, hiduplah seorang raja zalim yang tengah membangun sebuah istana untuk dirinya sendiri. Ia perintahkan seluruh pegawai pemerintah dan rakyatnya untuk menyukseskan ambisinya tersebut.
Ambisi tersebut pun sukses. Sebuah istana megah telah terbangun.
Di kemudian hari, seorang wanita tua miskin membangun gubuk dengan ranting pohon tepat di sebelah istana sang raja.
Suatu hari, ketika sang raja sedang berjalan-jalan mengelilingi istana, ia mendapati sebuah gubuk reot berdiri di samping istana megahnya.
“Gubuk siapa ini?” tanya sang raja dengan wajah marah kepada pengawalnya.
“Ini gubuk milik seorang wanita tua miskin yang mulia,” ucap salah seorang pengawal.
“Robohkan gubuk ini sekarang juga!” perintah sang raja kesal.
Para pegawai istana pun sigap merobohkan gubuk itu, sementara sang raja terus bergumam, “Bikin jelek pemandangan saja gubuk ini.”
Setelah selesai merobohkan gubuk itu hingga rata dengan tanah, mereka pun kembali ke dalam istana.
Tak lama berselang, si wanita tua miskin itu datang dan mendapati gubuknya telah rata dengan tanah. Tentunya ia kaget dan sedih bukan kepalang. Tidak ada peringatan, apalagi kompensasi, ia mendapati tempat tinggal satu-satunya kini luluh lantak.
Dengan raut wajah sedih dan bibir bergetar, ia bertanya, “Siapakah yang telah menghancurkan tempat tinggalku?”
“Sang raja,” jawab salah seorang yang ada di sana.
Dengan hati yang sakit dan wajah yang sedih, si wanita tua itu mengadu pada Tuhannya.
“Ya Allah, aku tidak ada saat tempat tinggalku dihancurkan, tapi Engkau senantiasa ada,” ucap wanita tua itu.
Segera setelah doa itu dipanjatkan, Allah mengutus malaikat untuk menghancurkan istana sang raja hingga rata dengan tanah.
~ Takutlah (kalian) terhadap doa orang yang terzalimi, karena antara doanya dan Allah tidak ada pembatas (HR. Bukhari no. 2448).
Referensi: Al-Kabaair, hal. 112.
###
*
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar