Suatu ketika, secara tiba-tiba salah satu wilayah Islam diserang oleh pasukan asing. Mendengar daerahnya diserang, gubernur wilayah tersebut segera mengirim tentara khusus yang dipimpin oleh anaknya sendiri untuk menghadang pasukan musuh tersebut.
Tak lama setelah tentara dikirim, sebuah kabar intelijen datang kepadanya. Kabar tersebut menyampaikan bahwa musuh telah berhasil mengalahkan tentara yang ia kirim. Bahkan, anaknya yang ditugaskan memimpin tentara khusus itu lari dari pertempuran.
Mendengar kabar tersebut, sang gubernur bergeming dan syok. Kekalahan pasukan khususnya, mental sang anak yang memalukan, dan penderitaan serta penghinaan yang diterima rakyatnya terlalu berat untuk dia tanggung sendiri.
Sang gubernur kemudian pulang ke rumahnya dengan perasaan terpukul, lalu menceritakan apa yang sedang ia alami pada istrinya.
“Laporan yang kamu terima salah,” jawab sang istri tiba-tiba.
Sang gubernur yang bingung kemudian bertanya, “Bagaimana hal itu bisa salah? Berita itu datang dari agen intelijen terbaikku.”
“Anakmu tidak mungkin dikalahkan dengan cara itu,” jawab sang istri menegaskan.
Untuk beberapa saat sang gubernur merenung sembari bergumam, “Istriku adalah seorang perempuan yang keras kepala; dia kukuh bahwa pendapatnya benar.”
Keesokan harinya, sebuah berita datang padanya dan menyebut bahwa berita tentang kekalahan pasukan dan kaburnya anaknya dari medang perang adalah keliru (hoaks). Justru pasukan tersebut kembali dari medan perang dengan kemenangan besar atas musuh asing.
Mendengar kabar gembira tersebut, sang gubernur bergegas pulang ke rumah dan menyampaikan kabar gembira tersebut.
“Bagaimana mungkin kau tahu bahwa anakmu tidak mungkin kalah? Apa yang membuatmu yakin kalau seluruh laporan intelijen salah?” tanya sang gubernur penasaran.
Dengan tenang sang istri menjawab, “Tidak ada, Allah telah melindungi kehormatanku. Biarlah ini menjadi rahasiaku yang tak perlu diungkapkan.”
Sang suami sangat penasaran dan terus meminta istrinya menjelaskan, hingga akhirnya sang istri pun menyerah dan berkata, “Sejak awal kehamilan, aku sudah bersumpah bahwa aku tidak akan pernah mengkonsumsi makanan yang syubhat (meragukan). Karena aku tahu bahwa makanan halal menghasilkan karakter yang baik, sedangkan makanan haram menghasilkan karakter yang buruk.”
Sang istri melanjutkan penjelasannya, “Aku melanjutkan kebiasaanku untuk tidak mengkonsumsi makanan yang syubhat bahkan setelah anak kita lahir agar ASI-ku tidak berdampak negatif pada wataknya. Selain itu, aku hanya akan menyusuinya dalam keadaan wudhu dan setelah melakukan dua rakaat shalat.”
“Oleh karena itu, aku yakin karakternya tidak akan pernah maksiat. Dia bisa meninggal di medan perang sebagai syahid karena ini merupakan karakter yang baik, tetapi dia tidak akan melarikan diri dari medan perang karena ini berdosa. Oleh karena itu, aku yakin berita yang kau terima dari intelijenmu salah,” jelas sang istri sambil mengucap syukur pada Allah.
~ Nabi ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang berjalan amat jauh sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.’ Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya? (HR. Muslim no. 1015).
###
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar