ikl Kisah Hikmah: Kecerdikan Imam Abu Yusuf - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

Kisah Hikmah: Kecerdikan Imam Abu Yusuf

Share it:
  Kisah Hikmah:  Kecerdikan Imam Abu Yusuf

Suatu ketika, Khalifah Harun Ar-Rasid dan istrinya, Zubaidah, cekcok tentang suatu hal hingga membuat khalifah emosi dan keceplosan berkata, “Jangan tinggal di daerah kekuasaanku malam ini, jika tidak, akan aku ceraikan dirimu,” ucap Harun marah kepada istrinya.

Saat itu, kekuasaan Khalifah Harun Ar-Rasid membentang luas hingga ke Samarqand (Uzbekistan) di ujung Timur dan Tunis (Tunisia) di ujung Barat. Bagaimana mungkin sang istri mampu meninggalkan daerah kekuasaan suaminya dalam satu hari, sementara transportasi belum secanggih zaman sekarang. Dengan pesawat tentu bisa, tapi di zaman itu transportasi tercepatnya adalah kuda dan kapal laut. 

Sang istri pun gundah. Namun, Khalifah Harun Ar-Rasid lebih gundah lagi. Pasalnya, dia sangat mencintai istrinya itu. Namun di sisi lain, dia tidak bisa menarik kembali apa yang telah dia ucapkan. Kini, baik istri maupun Khalifah Harun sangat khawatir terhadap apa yang akan terjadi pada pernikahan mereka dalam 24 jam ke depan. 

Khalifah Harun mencoba mencari solusi dari permasalahan ini seorang diri, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, dia mengundang para ulama untuk ikut mencarikan solusi. 

“Bagaimana menurut kalian masalahku?” tanya khalifah kepada para ulama setelah selesai menjelaskan masalahnya.

Para ulama tampak terdiam, mereka tidak memiliki solusi apa pun untuk menyelamatkan pernikahan Khalifah Harun dan istrinya.

Dalam suasana hening, para ulama kemudian menyadari keberadaan Imam Abu Yusuf, murid dari Imam Abu Hanifah. Mereka pun menoleh kepada Imam Abu Yusuf seolah meminta fatwa dari sang Imam. 

Menyadari hal itu, Imam Abu Yusuf lalu berkata, “Tenanglah, insyaAllah ada jalan keluar.”

Mendengar jawaban Imam Abu Yusuf, Khalifah Harun langsung ceria. 

“Benarkah?” tanya khalifah harap-harap cemas. 

“Iya benar, perintahkanlah istrimu untuk menghabiskan malamnya beritikaf di masjid malam ini. Sebab seluas-luasnya kekuasaanmu, wahai khalifah, ia berhenti di masjid,” jawab Imam Abu Yusuf.  

Imam Abu Yusuf lalu membaca firman Allah: 

وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ - ١٨

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk (kepunyaan) Allah. Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah.(QS. Al-Jin [72]: 18). 

Mendengar jawaban sang imam, Khalifah Harun dan para ulama yang lain takjub atas kecerdasan Imam Abu Yusuf. 

Singkat cerita, Khalifah Harun dan istrinya pun selamat dari perceraian.

Sahabat KESAN yang budiman, setidaknya ada dua pelajaran yang dapat dipetik. 

Pertama, seorang ahli fikih (seperti Imam Abu Yusuf) laksana dokter yang "menyembuhkan" permasalahan umat sesuai syariat. 

Imam Al-A’mash pernah berkata kepada Imam Abu Hanifah dan para ahli fikih lainnya, “Sungguh kalian, para ulama fikih, laksana dokter.” Maksudnya, para ulama fikih dituntut untuk “menyembuhkan” permasalahan yang muncul terus-menerus di tengah-tengah umat sesuai syariat. Para ahli fikih tidak hanya harus tahu dalil, tetapi juga harus cerdas dalam menerapkan dalil yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.  

Pelajaran kedua dan yang tidak kalah penting adalah: kita harus berhati-hati terhadap apa yang kita ucapkan, terutama di kala marah. Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata, “Satu momen kesabaran di kala marah dapat menyelamatkan kita dari 1000 momen penyesalan di masa depan.” 

###

*

Share it:

Islam

Kisah

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching