ikl Guru Perempuan Imam Syafii - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

Guru Perempuan Imam Syafii

Share it:
Guru Perempuan Imam Syafii 

Islam senantiasa menempatkan perempuan dalam posisi yang bermartabat. Bahkan Rasulullah ﷺ sendiri amat menghormati perempuan dan tegas mewasiatkan hal ini dalam Haji Wada’ (Haji Perpisahan):

أَلاَ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

Perlakukanlah perempuan di antara kalian dengan baik (HR. Tirmidzi no. 1163; beliau menilai hadis ini hasan sahih). 

Dengan segala keistimewaan yang dimiliki, perempuan bisa menjadi apa pun tanpa harus menafikan kodratnya. Termasuk menjadi seorang ulama besar. Hal ini dibuktikan oleh Sayyidah Nafisah binti Al-Hasan: ulama perempuan yang menjadi guru bagi para imam besar, termasuk Imam Syafii

Sayyidah Nafisah binti Al-Hasan adalah seorang ulama perempuan yang cerdas dan memiliki pengetahuan yang mumpuni di berbagai bidang ilmu agama. Beliau juga keturunan Rasulullah ﷺ.  Selain itu, beliau juga seorang yang zuhud. 

Pertemuan Imam Syafii dan Sayyidah Nafisah pertama kali terjadi di Kairo pada tahun 199 Hijriyah, ketika Imam Syafii pindah ke Kairo. 

Pada saat itu, Sayyidah Nafisah telah menjadi orang penting dan besar di Kairo. Maka tak heran kediamannya tak pernah sepi dari kunjungan orang; baik itu untuk silaturahmi, meminta doa, atau bahkan belajar darinya.  

Karena kealimannya tersebut, Imam Syafii lantas menemui Sayyidah Nafisah dan meminta izin kepada beliau agar berkenan menemui Imam Syafii. Mengetahui bahwa Imam Syafii ingin bertemu dengannya, Sayyidah Nafisah menyambutnya dengan penuh kehangatan dan kegembiraan. 

Setelah perjumpaan tersebut, Imam Syafii dan Sayyidah Nafisah sering bertemu dalam majelis ilmu. Masing-masing dari mereka saling mengagumi kesalehan dan keilmuan yang dimiliki. 

Imam Syafii adalah salah satu ulama yang paling sering mengaji kepada Sayyidah Nafisah. Hal itu dilakukan justru ketika Imam Syafii sedang berada dalam puncak karirnya sebagai seorang ulama fikih. 

Pernah suatu ketika Imam Syafii hendak berangkat ke Fustat untuk mengajar, tapi sebelum ia pergi, ia selalu menyempatkan diri (beberapa waktu sebelumnya) untuk belajar dengan Sayyidah Nafisah. Hal ini pun ia lakukan ketika ia pulang dari mengajar. 

Imam Syafii berkata:

أَهِينُ لَهُمْ نَفْسِي لِكَيْ يُكْرِمُونَهَا وَلَنْ تُكْرَمَ النَّفْسُ الَّتِي لَا تُهِينُهَا

Aku merendahkan diriku pada mereka (guru-guru) agar mereka muliakan diriku, dan diri yang tidak pernah dihinakan tidak akan pernah mulia (Lihat Kitab Al-Madkhal ila As-Sunan).

Menghormati guru

Suatu ketika, Imam Syafii jatuh sakit hingga ia tak bisa pergi mengajar ataupun belajar dengan Sayyidah Nafisah. Imam Syafii kemudian meminta seorang sahabatnya untuk menemui Sayyidah Nafisah dan memintakan doa kepadanya agar segera diberi kesembuhan. Atas izin Allah keadaan Imam Syafii perlahan membaik. 

Beberapa waktu kemudian, Imam Syafii menderita sakit parah, yang membuatnya tidak bisa pergi kemana-mana dan akhirnya meminta sahabatnya kembali menemui Sayyidah Nafisah untuk keperluan yang sama, minta didoakan. 

“Saudara sepupumu tengah terbaring sakit. Doakanlah ia,” ucap sahabat Imam Syafii. 

“Semoga Allah memberinya kegembiraan ketika berjumpa dengan-Nya,” ucap Sayyidah Nafisah sambil meneteskan air mata. 

Mendengar jawaban tersebut, sahabat Imam Syafii tampak bingung. Meski demikian ia tidak berani menanyakan apa maksud dari doa Sayyidah Nafisah. Dalam keadaan bingung, ia kemudian pulang dan menemui Imam Syafii yang terbaring lemah. 

“Wahai Imam, telah kusampaikan pesanmu kepadanya, tapi aku bingung dengan jawabannya,” ucap si sahabat.

“Apa yang beliau katakan?” tanya Imam Syafii penasaran. 

“Beliau mengatakan, semoga engkau mendapatkan kegembiraan ketika bertemu dengan Yang Maha Kuasa,” jawab si sahabat.

Imam Syafii terdiam, beliau memahami maksud dari ucapan Sayyidah Nafisah bahwa umurnya tidak akan lama lagi. Menyadari hal itu Imam Syafii kemudian berwasiat kepada muridnya, Al-Buwaithi, agar kelak ketika beliau wafat Sayyidah Nafisah berkenan menshalati jenazahnya. Dan permohonan tersebut dikabulkan.

Sahabat  yang budiman, selamat Hari Guru Nasional. Mari kita mendoakan agar Allah senantiasa memberikan kemuliaan bagi guru-guru kita. Seperti layaknya Imam Ahmad yang tak pernah lupa mendoakan gurunya, Imam Syafii, setiap shalat selama 40 tahun. 

Referensi: Kitab Al-Madkhal ila As-Sunan

###

*

Share it:

Islam

Kisah

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching