Ujian yang dihadapi oleh Rasulullah ﷺ dalam menyebarkan agama Allah seakan tak pernah usai. Bahkan ketika Rasulullah ﷺ sudah hijrah ke Madinah, beliau ﷺ masih harus berhadapan dengan orang yang membenci beliau ﷺ.
Dahulu, di Madinah, terdapat dua suku besar Aus dan Khazraj yang saling bermusuhan. Permusuhan kedua suku ini menimbulkan konflik dan ketegangan yang berkepanjangan. Hingga suatu ketika, seorang bernama Abdullah bin Ubay, berhasil meredakan ketegangan dua suku tersebut. Ia pun kemudian menjadi buah bibir masyarakat Madinah, dan digadang-gadang diangkat menjadi raja di kota suci tersebut.
Namun, tak lama berselang tibalah Rasulullah ﷺ di Madinah. Kedatangan Rasulullah ﷺ tentu saja menarik perhatian banyak orang. Para penduduk Madinah menyambut Rasulullah ﷺ dengan hati terbuka. Tak sedikit di antara mereka yang akhirnya menerima ajaran Rasulullah ﷺ dan memeluk Islam. Kian lama keberadaan Rasulullah ﷺ semakin populer di Madinah, bahkan jauh melampaui kepopuleran dan pengaruh Abdullah bin Ubay.
Hal ini membuat Abdullah bin Ubay iri dan membenci Rasulullah ﷺ. Dia merasa kehadiran Rasulullah ﷺ mengancam dirinya untuk menjadi pemimpin di Madinah. Karena itu, ketika Rasulullah ﷺ datang ke Madihah, ia seolah-olah menerima kehadiran Rasulullah ﷺ, padahal tidak, ia amat membenci beliau ﷺ.
Suatu hari, saat Rasulullah ﷺ sedang berjalan dan melewati Abdullah bin Ubay yang sedang duduk-duduk bersama orang kawan-kawannya. Abdullah bin Ubay menghadang jalan Rasulullah ﷺ dan berkata kasar kepada beliau ﷺ.
“Hai Muhammad, sudahlah tidak perlu pergi berkeliling mencari jamaah, kalau mereka mau mendengarkan ajaranmu, maka mereka akan datang ke rumahmu,” ucap Abdullah sembari tertawa.
Mendengar ucapan Abdullah, Rasulullah ﷺ hanya menghela nafas dan berusaha tidak menanggapi ucapannya.
Melihat reaksi Rasulullah ﷺ yang begitu santai, Abdullah semakin geram. Lantas ia memaki Rasulullah ﷺ lagi, kali ini kata-kata yang ia gunakan lebih menyakitkan.
“Kau sudah dengar kan? Sekarang pergilah, bau keledaimu membuat kami mual,” ucap Abdullah sambil mengibaskan tangannya mengusir Rasulullah ﷺ.
Mendengar Rasulullah ﷺ dihina seperti itu, salah seorang lelaki merasa geram. Hingga ia meminta izin kepada Rasulullah ﷺ agar ia dapat memberi pelajaran kepada Abdullah bin Ubay. Namun, Rasulullah ﷺ melarang lelaki tadi membalas perbuatan Abdullah bin Ubay.
Tak lama, lelaki tadi menceritakan perlakuan Abdullah bin Ubay kepada Sa’ad bin Abdullah, anak dari Abdullah bin Ubay yang beriman kepada Rasulullah ﷺ.
“Hai Sa’ad, ayahmu telah menghina Rasulullah ﷺ. Bahkan, ia melakukannya dengan nada tinggi. Kurasa seorang dari balik pintu pun dapat mendengar hinaannya,” ucap lelaki itu kepada Sa’ad.
Mengetahui perbuatan ayahnya menyakiti Rasulullah ﷺ, Sa’ad bergegas menuju kediaman Rasulullah ﷺ untuk meminta maaf atas perbuatan ayahnya.
“Wahai Rasulullah ﷺ, sungguh Allah telah mengutus Engkau saat mereka tengah menyiapkan diri untuk mengangkat ayahku sebagai raja atas Madinah. Namun, Allah menentukan sebaliknya, dan karenanya ayahku marah karena iri. Kumohon maafkan perbuatan ayahku kepadamu wahai kekasih Allah,” ucap Sa’ad memohon kepada Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ memaafkan perbuatan dari Abdullah bin Ubay. Dan beliau ﷺ terus menerus memaafkannya meskipun Abdullah bin Ubay tak pernah berhenti menghina Rasulullah ﷺ.
Adapun salah satu doa yang rutin dibaca Rasulullah ﷺ ketika ada seseorang yang menghina beliau ﷺ dan dakwah beliau ﷺ adalah:
رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ
Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kamu katakan (QS. Al-Anbiya [21]:112).
###
*
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar