Seorang anak muda dari golongan Bani Israil sakit parah. Lalu ibunya bernazar, jika Allah menyembuhkannya ia benar-benar akan meninggalkan dunia selama seminggu. Kemudian Allah pun menyembuhkan putranya itu, tetapi ia tidak melaksanakan nazarnya.
Di suatu malam saat ia tertidur, datanglah seseorang dalam mimpinya, lalu berkata padanya “Tepatilah nazarmu, jika tak ingin mendapatkan musibah dari Allah.” Keesokan harinya ia menceritakan apa yang dimimpikannya itu kepada putranya, lalu ia perintahkan putranya itu untuk menggali liang lahat untuk mengubur dirinya sendiri.
Ketika diturunkan ke dalam liang lahat ia berujar, “Wahai Tuhanku, aku berusaha dengan kemampuanku untuk memenuhi nadzarku,” ia menghela nafas sebentar lalu melanjutkan, “Jagalah aku dalam kubur ini dari segala musibah.”
Dikubur dalam Seminggu
Putranya pun bergegas mengubur dirinya lalu berpaling darinya. Kemudian, ia melihat ada secercah cahaya di atas kepalanya, dan ada sebuah batu kaca yang ia lihat. Di balik batu kaca tersebut, ada taman yang di dalamnya ada dua perempuan yang memanggil dirinya.
“Kemarilah, datang pada kami.” Lalu batu tersebut merenggang, ia pun keluar. Ketika ia berada di taman tersebut, ada danau yang sangat bersih di mana kedua perempuan tadi duduk di sana. Ia pun duduk bersanding dengan mereka. Ia mengucapkan salam kepada keduanya, tapi tak dibalas.
“Apa yang membuat kalian tidak membalas salam, sedangkan kalian bisa berbicara?” Katanya pada kedua perempuan itu. Mereka pun menjelaskan padanya bahwa salam adalah bentuk taat, dan itu tercegah pada keduanya.
Ketika mereka duduk, ada burung di atas kepala salah satu dari kedua perempuan tadi, beristirahat dengan kedua sayapnya. Sama halnya dengan apa yang ada di kepala perempuan kedua, namun burung tersebut mematuk kepalanya dengan paruhnya.
Ia pun menanyakan hal tersebut pada salah satu perempuan tersebut, bagaimana bisa memperoleh kehormatan itu? Dijawabnya, “Di dunia, aku memiliki seorang suami. Aku patuh padanya, dan suamiku rela saat aku meninggalkan dunia. Allah pun memberikan kehormatan ini.”
Lalu ia pun menanyakan hal yang sama pada perempuan yang lain, bagaimana bisa ia mendapatkan siksaan? Lalu dijawab oleh perempuan yang lain, “Aku adalah perempuan sholihah yang juga memiliki seorang suami. Tetapi aku berdusta padanya. Saat aku pergi meninggalkan dunia, ia tidak rela. Allah memberikanku kehormatan karena kebaikanku, dan memberikan balasan atas apa yang kuperbuat pada suamiku.”
Perempuan itu menghela nafas sejenak, “Untuk itu, aku meminta padamu. Saat engkau kembali ke dunia nanti, mintakanlah syafaat untukku pada suamiku, agar ia rela.”
Ketaatan Adalah Segalanya
Satu minggu kemudian, kedua perempuan itu memerintahkan ia untuk segera masuk ke dalam kuburnya kembali. Karena anaknya datang untuk menjemputnya. Saat ia masuk kembali ke kuburnya, di saat yang sama anaknya menggali kuburan itu untuk mengeluarkannya.
Mereka pun pergi dan menyebarkan kabar, bahwa ia sudah melaksanakan nazar. Orang-orang pun datang mengunjunginya, salah satunya adalah suami perempuan yang meminta syafaat itu. Ia pun mengutarakan apa yang diminta istrinya. Suaminya pun memaafkannya.
Ketika ia tertidur, ia melihat perempuan itu seraya berkata, “Berkat engkau aku terlepas dari ganjaran apa yang kubuat. Semoga Allah membalas kebaikanmu, dan mengampunimu.”
(Disarikan dari kitab an-Nawadir karya Syeikh Ahmad Syihabuddin bin Salamah al-Qaliyubii, hal. 5)
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar