Al-Qur'an: Sebuah Dokumen Kemerdekaan Universal
Sekitar 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad ﷺ memberikan sebuah dokumen kemanusiaan yang di dalamnnya berisi kebenaran universal termasuk di dalamnya adalah deklarasi tentang kemerdekaan.
Deklarasi ini juga merupakan sebuah deklarasi kemerdekaan yang didasari pada nilai-nilai yang pasti dan diperuntukkan untuk seluruh umat manusia. Itu adalah deklarasi universal yang mencakup tentang hak asasi dan kebebasan manusia (QS Al-Maidah [5]: 32), deklarasi universal tentang perdamaian dan keamanan (QS. Ali 'Imran [3]: 103) , deklarasi universal tentang kepercayaan (QS. Al-Baqarah [2]: 256), deklarasi universal tentang kode etik (QS. An-Nisa [4]: 86), deklarasi universal tentang kehormatan manusia (QS. Al-Isra [17]: 70), dan deklarasi universal tentang kebebasan berpikir dan berekspresi (QS. Al-Baqarah [2]: 226).
Singkatnya, deklarasi tersebut adalah sebuah deklarasi universal tentang persaudaraan antar umat manusia. Dokumen tersebut adalah Al-Qur’an.
Pertanyaannya adalah, bisakah Al-Qur’an menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia? Bisakah Al-Qur’an menjadi penyelamat manusia dari kehancuran? Al-Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa dirinya bisa.
Allah berfirman:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ - ٢
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (QS. Al-Baqarah [2]: 2).
Al-Qur’an dan Nabi Muhammad ﷺ
Di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ dunia telah mengalami sebuah transformasi yang positif. Ini ditunjukkan dengan apa yang diterima oleh umat berupa pemberian kebebasan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Bahkan hari ini, para sejarawan dan filsuf takjub melihat perubahan yang terjadi pada masyarakat primitif dan barbar (Arab jahiliah) bertransformasi dalam waktu yang sangat singkat menjadi masyarakat yang maju (saat itu) dan lebih beradab.
Misalnya, bagaimana Nabi Muhammad ﷺ mempersatukan suku-suku Arab yang saling berperang saat itu dalam satu naungan bernama persaudaraan Islam. Bagaimana Nabi Muhammad ﷺ membebaskan dan memberikan kedudukan yang setara kepada para budak dan perempuan. Spirit ini tidak lepas dari spirit ilahiyah yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ dan tertulis dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ - ٧٠
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (QS. Al-Isra [17]: 70).
Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda:
أَيُّمَا امْرِئٍ مُسْلِمٍ أَعْتَقَ امْرَأً مُسْلِمًا كَانَ فَكَاكَهُ مِنْ النَّارِ
Siapa saja seorang muslim yang membebaskan seorang budak yang muslim, maka perbuatannya itu akan menjadi pembebas dirinya dari api neraka (HR. Tirmidzi no. 1547).
Sebuah Anomali
Sejarah telah mencatat bagaimana Islam melalui Nabi Muhammad ﷺ mampu menjadi pemersatu manusia yang terpecah-pecah, menjadi cawan bagi hamba yang dahaga akan ilmu dan kebenaran, menjadi pelindung bagi perempuan yang nestapa. Bagaimana juga sejarah telah memperlihatkan kepada kita, bersama Al-Qur’an melalui Nabi Muhammad ﷺ dan generasi Islam awal, Islam tumbuh dan berkembang menjadi agama peradaban. Al-Qur’an hadir dalam setiap sendi kehidupan masyarakat kala itu. Terlebih dalam laku pembawanya, Nabi Muhammad ﷺ.
Allah berfirman:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى - ٣ اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ - ٤
dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) (QS. An-Najm [53]: 3-4).
Namun, amat disayangkan hari ini, kita bingung mendapati kondisi umat Islam saat ini. Pesan perdamaian dan persatuan yang diserukan Al-Qur’an seolah tersumbat oleh fanatisme sektarian dan kepentingan kelompok.
Selain itu, pemujaan terhadap sejarah dan kejayaan masa lalu yang dibuat-buat sering kali menjadi beban tersendiri bagi usaha untuk kemajuan Islam hari ini. Umat Islam seolah terjebak dengan apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Seolah-olah mereka sedang menikmati romantisme kejayaan masa lalu yang dihidangkan di kehidupan hari ini.
Muhammad Iqbal mengatakan, “Penghormatan palsu kepada sejarah dan kebangkitan kembali yang sifatnya artifisial (dibuat-buat) semacam ini tidak akan dapat mengobati kemerosotan suatu bangsa. ‘Keputusan sejarah’, sebagaimana diungkapkan oleh seorang penulis modern dengan nada bersemangat mengatakan, ‘Ialah bahwa ide-ide yang sudah usang tidak akan mampu membangun suatu bangsa yang sudah menyebabkan ide-ide itu menjadi usang’. Oleh karena itu, satu-satunya kekuatan yang efektif yang dapat melawan kemerosotan suatu bangsa adalah dengan membentuk individu yang berkepribadian; individu-individu yang dapat mengenali arti hidup yang sesungguhnya.”
Terkait hal ini, tidak ada upaya lain selain harus ada usaha untuk memahami dunia hari ini dengan tetap menaruh hormat tetapi mandiri dengan menghargai ajaran Islam itu sendiri.
Muhammad Iqbal mengatakan, “Jalan satu-satunya yang terbentang di depan kita ialah melakukan pendekatan terhadap pengetahuan modern dengan suatu sikap penuh hormat tapi merdeka. Kita juga harus menghargai ajaran-ajaran Islam dari sudut pengetahuan tersebut, meskipun kita akan sampai kepada perbedaan pendapat dengan mereka yang telah berjalan sebelum kita.”
Tidak hanya itu, ia juga berkata, “Al-Qur’an menjelaskan bahwa hidup adalah proses penciptaan progresif yang mengharuskan setiap generasi, yang terdidik tetapi tidak terhalang oleh usaha pendahulunya, harus diizinkan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.”
###
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar