ikl Nasrudin Hoja Dari Ulama Sakti Hingga Tukang Hoak - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

Nasrudin Hoja Dari Ulama Sakti Hingga Tukang Hoak

Share it:

Nasrudin Hoja Dari Ulama Sakti Hingga Tukang Hoak




– Nasrudin Hoja bukan saja terkenal sebagai ulama yang bijaksana, lucu dan banyak akal, tapi tak jarang juga perkataannya bernada sombong, bahkan menantang. Nasruddin suatu hari sambil nyeruput kopi di warung mengtakan dengan sombongnya, “Aku bisa melihat dalam gelap,” Nasruddin berkata demikian karena di warung sedang ramai membicarakan tentang keampuhan ulama-ulama. “Ulama sakti, ampuh, atau punya ilmu laduni,” kalau istilah orang kita. Tentu saja pengakuan ini segera dibantah oleh pengunjung warung yang lain.
“Ah masak sih? Jika memang begitu, kok kita terkadang melihatmu membawa senter pas jalan di gang-gang sana?” “Ohhh itu… Itu kan hanya agar orang lain ndak tabrakan denganku saja.”
Mendengar jawaban Nasrudin Hoja, orang-orang yang mengelilinginya terbahak-bahak. Orang-orang itu tidak marah karena kesombongan Nasruddin. Justru, kesombongan seperti itulah yang mereka tunggu-tunggu. Dilain sisi mereka paham, bahwa saat Nasruddin Hoja datang ke warung kopi dengan lelucon-leluconnya, itu pertanda ia sedang boke dan ingin ditraktir.



 Nasrudin Kehilangan Keledai

Nasruddin Hoja, sufi kita nan lucu ini, tidak bisa lepas dari “pasangannya”: keledai. Keledai dan Nasruddin melekat sekali, bahkan identik. Keduanya mirip seperti seorang kiai dan murid kesayangannya, ke mana-mana bersama. Bahkan patung Nasruddin di Turki pun harus mengeluarkan biaya lebih gara-gara ikut wajib membuat patung keledainya. Dikisahkan suatu hari, tetangga Nasruddin Hoja mengabarkan kalau keledai milik Hoja hilang, tak ada di kandangnya. “Hoja, Hoja,” kata tetangga memanggil-manggil sambil menggedor pintu.
Hoja pun keluar membukakan pintu dan menemui tetangganya itu. “Ada apa?” tanya Hoja.
“Keledaimu hilang,” kata si tetangga. Anehnya, Hoja bukannya terkejut atau pun sedih atau panik mendengar kabar kehilangan hewannya itu. Dia malah mengucap hamdalah sambil bersujud syukur. “Alhamdulilah,” katanya. Tetangganya tentu saja menjadi keheranan dengan tingkah Hoja yang malah seperti bahagia.
“Apa Kamu gila? Keledaimu hilang. Kamu malah mengucap hamdalah?” tanya si tetangga. “Lhoo. Aku harus bersyukur sebab tidak sedang menunggang keledaiku. Coba bayangkan jika aku menungganginya, tentu aku malah akan ikut hilang bersama keledainya,” ucap Hoja dengan penuh yakin. Gubraak. Tetangga Hoja pingsan sebab semakin bertambah kebingungannya.



 Nasrudin Menasehati Orang yang Jatuh Miskin

Ada seorang pemuda, baru saja mendapat warisan kekayaan dari orang tuanya yang kaya raya. Namun karena tidak pandai mengelola warisan itu, ia akhirnya jatuh miskin. Kehidupan baru sebagai orang miskin pun dimulai. Ia pun mendatangi Nasrudin Hoja. “Uangku ludes dan kawan-kawan pun menjauhiku. Apa yang harus kulakukan, Hoja?” keluhnya.
“Jangan khaatir, segalanya akan normal. Tunggu beberapa hari ini. Kau akan kembali bahagia.” “Jadi saya akan kembali kaya?”
“Bukan itu maksudku. Dalam waktu tak lama lagi, kau akan terbiasa jadi orang miskin dan tidak punya teman. Kau juga akan kembali bahagia.”



Nasrudin Tukang Hoak

Suatu hari, Nasruddin ingin meminjam panci kepada tetangga rumahnya. Menurut penuturan orang-orang desa, sang tetangga terkenal pelit. Jarang-jarang ia mau meminjamkan barang perabotannya kepada orang lain. Namun bukan Nasrudin namanya kalau tidak bisa mengambil hati si tetangga agar mau meminjamkan sebuah pancinya.
“Ya aku mau pinjamkan panci ini, tapi dengan satu syarat,” kata si tetangga. “Apa itu?” tanya Nasrudin Hoja.
“Saat kau mengembalikan panci ini, kau harus mengisinya dengan hasil masakanmu,” kata si tetangga.
“Baiklah,” jawab Nasruddin sambil menggerutu dalam hati.”. Keesokan harinya, Nasruddin mengembalikan panci tersebut kepada tetangganya. Panci itu juga sudah berisi makanan yang dibuat oleh istri Nasruddin. Bukan cuma itu, Nasruddin juga membawa sebuah panci ditangannya yang lebih kecil. Tentu senang bukan kepalang si tetangga yang bakhil itu. Ia pun bertanya pada Nasruddin, mengapa ia juga memberinya sebuah panci yang lebih kecil? “Oooo. Itu kemarin panci milikmu beranak di rumahku. Nah, ini anaknya, aku kasihkan juga untukmu.” Jawab Nasrudin.
Si tetangga bertambah girang. Hari berikutnya, Nasruddin kembali meminjam panci kepada si tetangganya itu. Si tetangga pun meminjamkannya dengan senang hati. “Dengan syarat isi kembali panci ini dengan hasil masakanmu ya. Oh ya, semoga kali ini si panci yang kau pinjam kembali beranak. Syukur-syukur kalau kembar,” kata si tetangga. Namun tak disangka hingga seminggu lamanya, Nasruddin belum juga terlihat tanda-tanda mengembalikan panci itu kepada pemiliknya. Akhirnya si tetangga mendatangi rumah Nasruddin untuk menanyakan panci miliknya. “Hoja, mana panciku?” tanya si tetangga pemilik panci.
“Ah, kabar duka. Celaka. Kabar duka,” kata Nasruddin Hoja dengan muka sedih.
“Apa maksudmu?” tanya si tetangga. “Pancimu mati, meninggal dunia,” kata Hoja.
“Aku belum paham maksudmu,” kata si tetangga.
“Iya. Kemarin saat pancimu sedang beranak lagi, ia mati karena pendarahan hebat,” ucap Hoja. “Apa kamu gila? Mana ada panci bisa mati?” kata si tetangga mulai kesal.
“Lha anda ini bagaimana? Minggu lalu waktu aku bilang kalau panci ini beranak dan anaknya aku kasih ke anda. Anda percaya saja dan menerima dengan girang. Sekarang ketika saya kasih tahu anda bahwa panci itu mati saat beranak untuk kedua kalinya, anda tidak percaya?” pungkas Nasruddin Hoja. Si tetangga pemilik panci yang kikir itu pun terbengong-benong. Dan akhirnya Nasruddin berhasil membuat hoaks yang jitu dan tepat mengenai sasaran.




*Jika artikel di Website Bintang Songgo dirasa bermanfaat, jangan lupa share ya. Semoga dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin.*
Share it:

Hikmah

Humor

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching