ikl Masuk Surga Karena Doa Ibu - Bintang Songo

Search This Web

Popular Posts

Masuk Surga Karena Doa Ibu

Share it:

Masuk Surga Karena Doa Ibu

Diriwayatkan oleh Syamsudin bin Al-Jazari bahwa suatu ketika Nabi Musa pernah bertanya kepada Allah, “Ya Tuhanku, siapakah yang akan menjadi sahabatku (menemaniku) kelak di Surga?”
Allah berfirman, “Kelak yang akan menemanimu di Surga adalah seorang tukang daging.” 
Mendengar hal itu, Nabi Musa tampak syok dan bergumam, “Benarkah yang menemaniku kelak adalah seorang tukang daging? Kenapa bukan seorang ulama? Kenapa juga bukan seorang hamba yang saleh.” 
Nabi Musa begitu penasaran dengan tukang daging yang amat istimewa di hadapan Allah itu. Beliau pun berusaha mencarinya. Lalu Allah menuntunnya ke sebuah toko di tengah pasar.
Sampailah Nabi Musa di toko tersebut, didapatinya seorang tukang daging yang masih muda sedang memotong-motong daging dan melayani pembelinya.
Nabi Musa memperhatikan tukang daging itu dan ditungguinya hingga sore hari. Setelah memperhatikan dengan saksama, Nabi Musa sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada yang spesial dari tukang daging itu. Dengan kata lain, ia seperti tukang daging yang lain. 
Tak lama kemudian, si tukang daging pun menutup tokonya sembari memasukkan beberapa potong daging ke tas kecil yang dibawanya lalu bergegas kembali ke rumah.



Nabi Musa yang penasaran kemudian berkata, “Bolehkah aku ikut ke rumahmu?” 
“Oh ya dengan senang hati, ikutlah denganku ke rumah,” jawab si tukang daging sopan mengira lawan bicaranya tak mempunyai tempat untuk bermalam. 
Sesampainya di rumah si tukang daging, Nabi Musa melihat seorang perempuan tua sedang terbaring lemas di sebuah kasur yang terletak cukup tinggi di atas. 
Si tukang daging lalu meletakkan barang-barangnya dan menuju ke dapur untuk memasak daging yang dibawanya dari toko. Sambil menunggu daging matang, ia kemudian menghampiri perempuan tua tersebut lalu membasuh wajahnya, membersihkan badannya, mengganti bajunya, dan menyisir rambutnya dengan penuh rasa hormat dan cinta.
Setelah daging yang dimasaknya matang, ia menyuapi daging tersebut ke mulut si perempuan tua itu potong demi potong dengan tangannya. Sesekali ia mengunyah daging yang keras agar menjadi lembut sebelum menyuapi perempuan tua itu. Maklum, perempuan tua itu sudah kehilangan hampir seluruh giginya. Kemudian si tukang daging memberi minum ke perempuan tua itu hingga beliau merasa puas dan tersenyum. 
Akhirnya, si tukang daging mengangkat si perempuan tua berbaring ke kasurnya. Saat si perempuan tua digendong, ia tampak membisikkan sesuatu ke telinga si tukang daging yang lantas membuat si tukang daging tersenyum bahagia.
Nabi Musa menyaksikan semua ini dengan penuh takjub. Setelah perempuan tua itu tidur, Nabi Musa pun bertanya kepada si tukang daging. 
“Siapa perempuan itu?” tanya Nabi Musa penasaran.
“Beliau adalah ibuku,” jawab si tukang daging. 
“Lalu apa yang beliau bisikkan padamu?” tanya Nabi Musa kembali. 
“Setiap kali aku melakukan sesuatu untuknya, beliau selalu berkata padaku, ‘Anakku, semoga Allah tidak menyia-nyiakan baktimu ini padaku, dan semoga Allah menjadikanmu orang yang menemani Nabi Musa di Surga,’” jawab si tukang daging bahagia.
Mendengar jawaban si tukang daging, Nabi Musa yang terkenal gagah pun menangis dan memeluk si tukang daging dengan erat. 
Sahabat KESAN yang budiman, kisah ini menjelaskan kepada kita betapa derajat seorang anak bisa melesat tinggi di hadapan Allah karena baktinya pada orang tua. Orang tua yang ridha terhadap anaknya dapat membantu sang anak menggapai ridha Illahi. 
Bukankah Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda: 
رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ
Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua (Bulughul Maram no. 1500).
Dan ketika orang tua—terlebih lagi, ibu—ridha terhadap anaknya dan mendoakan kebaikan untuk anak itu, maka doa itu insyaAllah dijawab oleh Allah. Bukankah Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda: 
فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Jagalah (rawatlah) dia (ibumu), sesungguhnya surga berada di bawah telapak kakinya  (HR. Nasa'i no. 3104). 
Doakanlah ibumu. Lalu teleponlah dan katakanlah kepadanya bahwa engkau mencintainya. 
Referensi: Az-Zahr Al-Faa’ih fi Dhikr man Tanazzah ‘an Ath-Thunoob wal-Qabaa’ih.
*Jika artikel di Website Bintang Songgo dirasa bermanfaat, jangan lupa share ya. Semoga dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin.*
Share it:

Hikmah

Islam

iklan

Post A Comment:

0 comments:

searching