Ucapan permohonan maaf itu, dianggap sebagai tradisi yang “hanya” ditemukan di Indonesia, sebab padanan katanya (sepertinya) tidak ditemukan dalam bahasa Arab.
Namun demikian, tradisi yang sering disebut “halal bihalal” tidaklah muncul tanpa sebab. Tradisi ini tumbuh berdasarkan pemahaman terhadap beberapa hadis dan ayat Al-Qur’an terkait pentingnya saling maaf dan memaafkan sesama umat Islam.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Siapa yang pernah berbuat salah (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau (kesalahan) apa pun, hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari (kiamat) yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) amal baiknya akan diambil darinya sebanyak kezalimannya. Jika dia tidak memiliki amal baik lagi, maka amal buruk saudaranya yang dizaliminya itu akan diambil lalu dibebankan kepadanya (HR. Bukhari no. 2449).
Hadis di atas sejatinya mengingatkan kita agar saling meminta maaf dan jangan menunda permintaan maaf. Terlebih lagi, manusia adalah tempatnya salah, baik kesalahan yang disengaja maupun tidak.
Dengan saling meminta maaf, harapannya tentu agar di hari kiamat nanti kesalahan kita terhadap saudara kita sudah dihapus sehingga tidak membebani timbangan amal kita.
Nah, di momen Idul Fitri, pada umumnya, kita sering sekali berkumpul dengan segenap keluarga dan kerabat. Oleh karenanya, dapat dipahami bila umat Islam di Indonesia memanfaatkan momen kumpul ini untuk saling meminta maaf lahir dan batin.
Pasalnya, kalau tidak pada saat itu, lantas kapan? Tidak setiap hari tentunya kita berkumpul penuh dengan segenap keluarga dan kerabat, baik yang tinggal berdekatan maupun berjauhan. Betapa ruginya tentu bila kita saling bertemu tapi dendam atau kebencian masih saja membara.
Perlu juga ditekankan bahwa permohonan maaf lahir batin haruslah berasal dari hati yang tulus, bukan sekadar ucapan semata. Dengan ketulusan, sejatinya kita berikhtiar di hapadan Allah dan manusia agar kesalahan kita dimaafkan dan catatan keburukan kita dihapus. Untuk itu, pastikan pada saat kita mengucapkannya, kita betul-betul tulus.
Memberi Maaf
Meminta maaf terkadang berat, tapi sering kali yang lebih berat adalah memaafkan, terutama jika kita betul-betul dizalimi. Kisah Abu Bakar mungkin dapat menjadi pelajaran bagaimana, sekalipun kita dizalimi, kita masih berupaya membuka ruang untuk memberi maaf.
Alkisah, Abu Bakar memiliki kerabat bernama Masthah ibn Utsatsah yang tidak berkecukupan. Selama di Madinah, Abu Bakar lah yang menopang kehidupan Masthah. Tak disangka, Masthah malah terlibat dalam kasus tuduhan bohong terhadap kesucian putri Abu Bakar dan istri Rasulullah ﷺ, Aisyah.
Bayangkan sejenak: Masthah yang selama ini kehidupannya ditanggung oleh Abu Bakar, malah justru terlibat menyebarkan hoaks tentang putri Abu Bakar. Sungguh air susu dibalas air tuba.
Merasa kecewa dan dizalimi, Abu Bakar pun bersumpah untuk tidak memberikan bantuan lagi selama-lamanya kepada Masthah. Lalu turunlah sebuah ayat yang menjelaskan betapa mulianya sifat pemaaf itu.
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. An-Nur [24]: 22).
Setelah turun ayat ini dan mendengar betapa Masthah menyesali kekeliruannya itu, Abu Bakar pun memaafkannya. Setelah itu, Abu Bakar kembali memberikan nafkah bantuannya kepada Masthah seperti biasanya. Abu Bakar, yang terkenal dermawan, kemudian bersumpah kembali, “Demi Allah, aku tidak akan mencabutnya (bantuan kepada Masthah) selama-lamanya.”
Inilah yang disebut meminta dan memberi maaf secara lahir dan batin. Sebab tidak hanya melupakan kesalahan masa lalu, tetapi juga berupaya membuka lembaran baru dalam kehidupan mereke ke depan yang lebih baik.
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar